JAMBI - Berbagai cara dilakukan warga dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, anak-anak di sekitar komplek percandian Muaro Jambi misalnya, mereka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan menggelar kompetisi perang-perangan dengan mengunakan meriam yang dibuat dari bambu atau bedil buluh.
Tepat di pinggir sungai Batanghari di kawasan kompleks percandian Muaro Jambi, puluhan anak berkumpul untuk menyaksikan rekan-rekan mereka bermain perang-perangan dengan meriam bambu atau bedil buluh dalam bahasa setempat.
Tradisi yang sudah setiap tahun digelar ini dimaksudkan sebagai tanda dimulainya perang melawan hawa napsu di bulan Ramadhan.
Namun seiring kemajuan zaman dan sulitnya mencari bambu berkualitas, tradisi yang setiap tahun digelar ini semakin hari kini makin terpinggirkan. Untuk permainan meriam bambu, memang dibutuhkan bambu berkualitas baik seperti bambu mayang yang kulitnya tebal.
Tahun ini, hanya ada empat kelompok yang mengikuti kompetisi terdiri kelompok Cobra, Garuda, Bom Waktu dan Sabun BW. Masing-masing kelompok beranggotakan empat orang anak, sebelum bertanding, masing-masing kelompok harus melakukan yel-yel supaya bersemangat dalam bertanding.
Yel terbaik mendapat hadiah berupa buku bacaan tentang nabi-nabi yang diberikan oleh kakak-kakak pemuda setempat.
Bermain meriam bambu memang cukup mengasyikan, namun bila tidak terbiasa, bisa mengakibatkan bulu mata menjadi keriting akibat dari terlalu dekatnya mata dengan lubang api pada saat menghidupkan meriam. Meski berbahaya, namun anak-anak tersebut cukup lihai dan berhati-hati dalam melakukan permainan ini.
Tradisi perang meriam bambu sendiri dimaksudkan sebagai pertanda, sebulan penuh saat bulan puasa, umat muslim di seluruh dunia akan melakukan perang melawan hawa nafsu dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. (nug)