BANGKO –Tim Ekspedisi Fosil Purbakala menyempatkan waktu mampir di perkampungan rumah adat Rantau Panjang di Kecamatan Tabir sekitar 30 km dari kota Bangko.
Rombongan terdiri dari jurnalis CCTV (China), Taiwan Macroview TV (Taipeh), Metro TV (Ind), dan tidak ketinggalan wartawan cetak diantaranya dari Harian China News Service (bahasa mandarin), Harian Indonesia Shang Bao (bahasa mandarin), Majalah China Town, dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi.
Warga setempat telah menanti kehadiran rombongan wartawan dari luar negeri dan nasional sejak pukul 15.00, namun ada kendala dalam perjalan dari Kabupaten Kerinci, maka rombongan tiba di Kampung Tua, pukul 17.45 menit.
Awalmulanya di kampung tersebut hanya terdapat 19 rumah. Rumah ini berarsitektur panggung dengan ditopang beberapa tiang di bagian kolong rumah dan dinding kayunya dihiasi ukiran-ukiran. Seiring dengan bertambahnya keturunan, kini terdapat 200 rumah sejenis di perkampungan tersebut.
Rumah panggung tersebut terbagi atas tiga ruangan. Ruang pertama merupakan tempat pertemuan yang lantainya terbagi menjadi tiga bagian yang disekat-sekat dengan kayu berukuran 10 cm yang disebut Ideh. Lantai dibagian tengah untuk tamu dan keluarga, lantai yang agak tinggi yang disebut Balai Melintang untuk ninik mamak dan alim ulama, sedangkan lantai lorong menuju ke ruang kedua yang disebut Gaho diperuntukkan bagi pekerja. Ruang ke dua merupakan Mengalam yaitu kamar tidur. Di ruang ke tiga terdapat dapur. Seperti rumah adat Melayu yang lain, setiap rumah memiliki lumbung padi atau bilik yang terpisah dari rumah panggung.
Salah satu rumah yang dinamakan rumah Tuo sudah berusia sekitar 700 tahun. Tuanya rumah dibuktikan dengan bantalan kayu Sungkai yang telah membatu. Rumah ini melambangkan struktur keturunan matrilineal, anak perempuan akan mewarisi rumah. Saat ini, rumah tersebut dihuni oleh orangtua Iskandar dari generasi ke 15.
Masyarakat Rantau Panjang tetap memegang teguh kelestarian rumah adat mereka. Walaupun arus modernisasi telah masuk ke daerah ini dengan terlihat adanya parabola disetiap rumah, ternyata mereka tetap menghuni dan menjaga rumah tersebut. Kaum wanita kampung Rantau Panjang juga masih menjalani kebiasaan membawa barang dengan ambung, keranjang terbuat dari bambu atau rotan dan bertali dari kulit kayu yang dibawa dengan menggantungkan tali di atas kepala. (Rm)