Rombongan dengan pesawat tiba di Kerinci sekitar pukul 14.00, langsung menuju ketempat koleksi benda-benda bersejarah yang tersimpan rapi di tempat Budayawan dan peneliti kebudayaan Kerinci Iskandar Zakaria.
Keberadaan warisan benda cagar budaya dari berbagai zaman yang telah menggambarkan perkembangan peradaban masyarakat Kerinci dari waktu ke waktu yang dikoleksi secara pribadi oleh budayawan Iskandar Zakaria” bahkan ada beberapa kolektor yang berani membayar benda-benda koleksi perbuah 10 juta rupiah. Kata Iskanda “Ada kolektor dari Pulau Riau mau bayar setiap benda-benda 10 juta, namun saya tolak tawaran tersebut.” Ujar Iskandan.
Dengan diiringi hembusan angin yang begitu sejuk dan pemandangan yang sangat mengesankan tak terasa kepenatan selama perjalanan yang dimulai dari Kota Jambi pun bagai lenyap menghantar rombongan menuju ke Situs peninggalan zaman megalitikum yang terletak di Desa Muak, Kabupaten Kerinci – Jambi.
Batu Patah, begitulah nama yang tertera ketika rombongan sampai di depan Situs yang telah dipagari sehingga mirip dengan kuburan para tokoh terdahulu. Sekilas terlihat situs ini seperti batu besar yang sangat panjang, akan tetapi ditengah-tengah batu ini terbelah menjadi dua bahagian sehingga nama Batu Patah pun tak lepas dinobatkan kepada batu ini. di badan batu inipun sangat jelas terlihat ukiran-ukiran yang menyerupai gambar hewan-hewan seperti gajah, kuda, kambing dan juga gambar manusia yang lagi bekerja. Hal ini menandakan bahwa pada zaman itu kehidupan masyarakatnya telah maju dan telah mengenal seni.
Peninggalan purbakala ini hampir keseluruhannya terletak ditepi jalan besar desa yang ramai karena merupakan jalur lintas propinsi. Batu Patah inipun selain berada di tepi jalan propinsi juga terletak sitengah-tengah ladang masyarakat desa. Sehingga mudah disentuh oleh tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab yang dapat merusak peninggalan prasejarah ini.
Batu Gong, merupakan situs ketiga peninggalan prasejarah yang dapat kita temui dengan menelusuri jalan sejauh 5 km dari Situs Batu Patah, jalan menuju ke Situs inipun tergolong sangat sepi dan setapak dikarenakan situs ini terletak ditengah-tengah ladang milik warga desa yang jauh dari jalan raya. Sehingga untuk menempuhnya kita hanya bisa berjalan kaki. (Romy)
Keberadaan warisan benda cagar budaya dari berbagai zaman yang telah menggambarkan perkembangan peradaban masyarakat Kerinci dari waktu ke waktu yang dikoleksi secara pribadi oleh budayawan Iskandar Zakaria” bahkan ada beberapa kolektor yang berani membayar benda-benda koleksi perbuah 10 juta rupiah. Kata Iskanda “Ada kolektor dari Pulau Riau mau bayar setiap benda-benda 10 juta, namun saya tolak tawaran tersebut.” Ujar Iskandan.
Dengan diiringi hembusan angin yang begitu sejuk dan pemandangan yang sangat mengesankan tak terasa kepenatan selama perjalanan yang dimulai dari Kota Jambi pun bagai lenyap menghantar rombongan menuju ke Situs peninggalan zaman megalitikum yang terletak di Desa Muak, Kabupaten Kerinci – Jambi.
Batu Patah, begitulah nama yang tertera ketika rombongan sampai di depan Situs yang telah dipagari sehingga mirip dengan kuburan para tokoh terdahulu. Sekilas terlihat situs ini seperti batu besar yang sangat panjang, akan tetapi ditengah-tengah batu ini terbelah menjadi dua bahagian sehingga nama Batu Patah pun tak lepas dinobatkan kepada batu ini. di badan batu inipun sangat jelas terlihat ukiran-ukiran yang menyerupai gambar hewan-hewan seperti gajah, kuda, kambing dan juga gambar manusia yang lagi bekerja. Hal ini menandakan bahwa pada zaman itu kehidupan masyarakatnya telah maju dan telah mengenal seni.
Peninggalan purbakala ini hampir keseluruhannya terletak ditepi jalan besar desa yang ramai karena merupakan jalur lintas propinsi. Batu Patah inipun selain berada di tepi jalan propinsi juga terletak sitengah-tengah ladang masyarakat desa. Sehingga mudah disentuh oleh tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab yang dapat merusak peninggalan prasejarah ini.
Batu Gong, merupakan situs ketiga peninggalan prasejarah yang dapat kita temui dengan menelusuri jalan sejauh 5 km dari Situs Batu Patah, jalan menuju ke Situs inipun tergolong sangat sepi dan setapak dikarenakan situs ini terletak ditengah-tengah ladang milik warga desa yang jauh dari jalan raya. Sehingga untuk menempuhnya kita hanya bisa berjalan kaki. (Romy)