KOTA JAMBI – Seperti pepatah mengatakan sekali dayung dua tiga pulau dilalui, demikian juga dengan Vihara Sakyakirti Jambi dalam tempo dua belas jam (12) telah melakukan tiga(3) rangkaian kegiatan, diantaranya, pagi pukul 06.30 sampai 09.00 WIB Pindapatta, terus pukul 09.30 WIB, Pujabakti Hari Kathina anak-anak dilanjuti pujabakti umum hingga selesai, setelah itu pukul 18.00 WIB, Siripada Puja yang diikuti lebih kurang enam ratus (600) umat Buddha melepaskan bunga teratai yang terbuat dari kertas karton ke Sungai Batanghari Jambi.
Siripada Puja adalah upacara penghormatan kepada tapak kaki suci Sang Buddha. Siripada atau tapak kaki Sang Buddha merupakan salah satu mata acara perayaan Hari Besar Sang Buddha, pelaksanaan kali ini ditempatkan di tepi Sungai Batanghari Jambi (pelabuhan pasir). Acara dimulai sekitar pukul 18.30 WIB dengan diawali barisan Amisha Puja membawa pelita penerangan, dilanjuti pembacaan Parita oleh Bhikkhu Bhikkhu Nyanajaya Bhumi dan selanjut tiga orang Bhikkhu dengan mengunakan mengunakan ketek (perahu yang mengunakan mesin red) melarungan atau menghanyutan teratai kertas bewarna-warni yang membawa simbol tapak kaki suci Sang Buddha ditengah-tengah sungai batanghari.
Kemudian diiringi para Bhikkhu Sangha yang berada disisi sungai juga memulai penghormatan dengan menghanyutkan teratai kertas yang berisi bunga, lilin, dan dupa dan diikuti oleh umat Buddha. Saat itu, disaksikan ratusan masyarakat yang berada disekitar lokasi pelabuhan pasir.
Sekilas, jumlah umat Buddha yang ikut dalam acara itu bagaikan barisan pembawa obor. Meskipun demikian, semuanya terlihat sangat antusias dalam mengikuti upacara tersebut. Mulai dari anak kecil sampai orang yang sudah tua. Suatu keadaan yang membahagiakan. Apalagi jika mengingat upacara seperti itu baru pertama kali diadakan oleh Vihara Sakyakirti Jambi.
Mengenai pelaksanaannya kali ini, menurut Ketua Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Provinsi Jambi, Romo Bala Mitta, “ini merupaka kali pertama dilaksanakan oleh Vihara Sakyakirti, tentu terdapat beberapa kekurangan yang akan kita perbaiki dimasa mendatang, namun acara cukup baik dan lancar. Untuk tahun depan, akan lebih baik jika jalur hanyutnya teratai kertas itu diperpanjang. Biar sesuai dengan isi suttanya. Memberi penghormatan dari jauh..."
Siripada Puja atau Penghormatan pada Telapak Kaki Sang Buddha adalah salah satu ritual yang berasal dari India. Pada waktu itu setelah Sang Bhagava membabarkan Dhamma-Nya dan menginap selama beberapa hari, penduduk desa memohon agar Sang Bhagava meninggalkan kenang-kenangan yang dapat dijadikan obyek penghormatan kepada Beliau. Sang Bhagava menyetujui hal itu dan kemudian Beliau berdiri di atas batu pada sebuah sungai yang sedang surut. Telapak kaki Sang Bhagava dengan roda Dhamma di tengahnya membekas pada batu itu dan setiap kali air surut, telapak kaki Sang Bhagava dapat terlihat dengan jelas.Setelah Sang Bhagava meninggalkan desa itu, penduduk desa tersebut selalu memberikan penghormatan kepada bekas telapak kaki Sang Bhagava. "Upacara siripada puja dilaksanakan untuk menghormati Sang Buddha yang telah membabarkan dharma. sang Buddha meninggalkan telapak kaki di tepi Sungai Namatha tanda bahwa umat Buddha harus melaksanakan dan mengikuti jejak sang Buddha, membabarkan Buddha Dharma dan melakukan dalam kehidupan sehari-hari,". (Romy - Perwakilan Majalah DI Wilayah Jambi & berbagai narasumber).
Siripada Puja adalah upacara penghormatan kepada tapak kaki suci Sang Buddha. Siripada atau tapak kaki Sang Buddha merupakan salah satu mata acara perayaan Hari Besar Sang Buddha, pelaksanaan kali ini ditempatkan di tepi Sungai Batanghari Jambi (pelabuhan pasir). Acara dimulai sekitar pukul 18.30 WIB dengan diawali barisan Amisha Puja membawa pelita penerangan, dilanjuti pembacaan Parita oleh Bhikkhu Bhikkhu Nyanajaya Bhumi dan selanjut tiga orang Bhikkhu dengan mengunakan mengunakan ketek (perahu yang mengunakan mesin red) melarungan atau menghanyutan teratai kertas bewarna-warni yang membawa simbol tapak kaki suci Sang Buddha ditengah-tengah sungai batanghari.
Kemudian diiringi para Bhikkhu Sangha yang berada disisi sungai juga memulai penghormatan dengan menghanyutkan teratai kertas yang berisi bunga, lilin, dan dupa dan diikuti oleh umat Buddha. Saat itu, disaksikan ratusan masyarakat yang berada disekitar lokasi pelabuhan pasir.
Sekilas, jumlah umat Buddha yang ikut dalam acara itu bagaikan barisan pembawa obor. Meskipun demikian, semuanya terlihat sangat antusias dalam mengikuti upacara tersebut. Mulai dari anak kecil sampai orang yang sudah tua. Suatu keadaan yang membahagiakan. Apalagi jika mengingat upacara seperti itu baru pertama kali diadakan oleh Vihara Sakyakirti Jambi.
Mengenai pelaksanaannya kali ini, menurut Ketua Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Provinsi Jambi, Romo Bala Mitta, “ini merupaka kali pertama dilaksanakan oleh Vihara Sakyakirti, tentu terdapat beberapa kekurangan yang akan kita perbaiki dimasa mendatang, namun acara cukup baik dan lancar. Untuk tahun depan, akan lebih baik jika jalur hanyutnya teratai kertas itu diperpanjang. Biar sesuai dengan isi suttanya. Memberi penghormatan dari jauh..."
Siripada Puja atau Penghormatan pada Telapak Kaki Sang Buddha adalah salah satu ritual yang berasal dari India. Pada waktu itu setelah Sang Bhagava membabarkan Dhamma-Nya dan menginap selama beberapa hari, penduduk desa memohon agar Sang Bhagava meninggalkan kenang-kenangan yang dapat dijadikan obyek penghormatan kepada Beliau. Sang Bhagava menyetujui hal itu dan kemudian Beliau berdiri di atas batu pada sebuah sungai yang sedang surut. Telapak kaki Sang Bhagava dengan roda Dhamma di tengahnya membekas pada batu itu dan setiap kali air surut, telapak kaki Sang Bhagava dapat terlihat dengan jelas.Setelah Sang Bhagava meninggalkan desa itu, penduduk desa tersebut selalu memberikan penghormatan kepada bekas telapak kaki Sang Bhagava. "Upacara siripada puja dilaksanakan untuk menghormati Sang Buddha yang telah membabarkan dharma. sang Buddha meninggalkan telapak kaki di tepi Sungai Namatha tanda bahwa umat Buddha harus melaksanakan dan mengikuti jejak sang Buddha, membabarkan Buddha Dharma dan melakukan dalam kehidupan sehari-hari,". (Romy - Perwakilan Majalah DI Wilayah Jambi & berbagai narasumber).