30 Apr 2009

Cegah Virus Flu Babi

JAMBI – Dinas Peternakan Kota Jambi lakukan Desinektan ke sejumlah peternakan babi yang ada di Kota Jambi, Kamis siang (30/4), guna menghindari merebaknya virus flu babi di Provinsi Jambi.

Dengan merebaknya virus flu babi pada manusia di Meksiko dan Amerikat maupun negara lainnya, mambuat Dinas Peternakan Kota Jambi melakukan antisipasi penyebaran dengan cara penyemprotan Desinfektan ke sejumlah peternak babi.

Selain melakukan penyemprotan di sejumlah peternak babi, penyemprotan juga di lakukan di rumah potong hewan milik Dinas Peternakan.

Tim gabungan dari Dinas Peternakan, perkebunan, Perikanan dan Kehutanan Kota Jambi juga melakukan penyemprotan ke sejumlah peternak babi, seperti di kawasan Kelurahan Legok, Kelurahan Mayang, Kelurahan Selincah dan Kelurahan Sijenjang.

Dari hasil sidak di sejumlah peternakan, Dinas Peternakan tidak menemukan tanda-tanda adanya babi yang terindikasi virus H1N1 tersebut.

Ahong, salah seorang peternakan babi di Rt. 04 Kelurahan Legok, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi menyatakan “terima kasih atas dukungan dari instansi terkait dalam mengantisipasi flu babi,” karena rata-rata peternak babi sangat minim akan pengetahuan tentang firus flu babi.

Kepala Dinas Peternakan Kota Jambi, Harlik M.D, menyatakan bahwa penyemprotan Desinfektan terhadap ternak babi tersebut, adalah untuk memperkecil merebaknya virus babi di Provinsi jambi.

Dari data Dinas Peternakan Kota Jambi, saat ini jumlah populasi ternak babi di Kota Jambi, berkisar lebih kurang 2300 ekor, dalam sehari babi yang di potong untuk kebutuhan di kota Jambi sekitar 150 ekor.

Selain melakukan Desinfektan, Dinas Peternakan juga melarang dua rumah potong hewan yang tidak terdaftar. (Rom)

26 Apr 2009

Sambut Waisak, Gelar Pengobatan Massal Secara Gratis

JAMBI – Kesehatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan produktivitas kita semua. Dengan kesehatan yang baik maka semakin produktiflah diri kita.

Untuk menyambut Bulan Suci Waisak/ BE 2009, Vihara Sakyakirti di Kota Jambi, Minggu (26/4) memberikan pemeriksaan dan pengobatan secara cuma-cuma kepada warga Rt 19 Talang Bakung Jambi. Pengobatan dilakukan di ruang kelas sekolah dasar.

Sekitar pukul 07.00 berduyun-duyun warga Rt. 19, Kelurahan Talang Bakung, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi mendatangi Sekolah Dasar Negeri (SDN) Nomor 111/IV Jambi untuk berobat, pada umumnya yang datang berobat gratis terdiri dari keluarga yang kurang mampu.

Poliklinik Sakyakirti hadir di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Sulanjana, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi, sebagai solusi untuk membantu masyarakat golongan bahwa yang kurang mampu, Poliklinik Sakyakirti telah di resmikan beberapa waktu yang lalu, kini Poliklinik dibuka seminggu tiga kali untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan biaya yang relatif terjangkau.

Pelayanan Poliklinik Sakyakirti Jambi, saat ini telah menambah jadwal pengobatan menjadi seminggu tiga kali, yaitu setiap hari Rabu dan Sabtu, pukul 15.00 hingga pukul 17.00 dan Minggu, pukul 09.00 hingga pukul 12.00 dibawah pimpinan dokter Jansin.

Sedangkan menurut Ketua Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Provinsi Jambi, Romo Balamitta, bahwa, “Poliklinik Sakyakirti dapat memberikan fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu”.

Warga kelurahan Talang Bakung yang datang berobat lebih kurang 150 orang, sedangkan kupon berobat yang disebarkan panitia sebanyak 400 lembar kupon, mereka dilayani delapan orang dokter, selain memeriksa warga juga mendapatkan obat-obatan gratis dari Vihara Sakyakirti.

Ujar Santi (42), salah seorang warga yang ikut dalam pengobatan gratis mengatakan bahwa acara ini sangat membantu mereka yang kurang mampu, “kami sangat senang memperoleh pelayanan kesehatan secara Cuma-Cuma”.

Selain itu, beberapa warga mengharapkan agar bakti sosial pengobatan gratis dapat dilakukan secara berkala. “Kita berharap agar kegiatan pengobatan gratis ini bisa terus berlanjut,” harapnya.

Menurut Ketua Panitia Perayaan Waisak 2009, Suwardi, “untuk merayakan bulan suci Waisak 2553, sengaja kita adakan pengobatan massal untuk kali pertama dilakukan diluar vihara.” Mudah-mudahan dengan pengobatan tersebut dapat meringankan warga yang tidak mampu untuk mengecek maupun berobat. (Rom)

24 Apr 2009

Nasabah Century Kembali disodori Janji

JAMBI – Tampaknya nasabah bank Century Cabang Jambi kembali harus gigit jari, lantaran dana yang di investasikan ke bank Century tidak bakal kembali lagi alias lenyap ditelan tikus-tikus perbankan.

Seperti hari-hari sebelumnya puluhan nasabah bank Century Cabang Jambi, Jalan Gatot Subroto, Jum’at (24/04) pagi kembali menemui pimpinan bank Century, namun kedatangan mereka untuk meminta dana yang telah di depositokan melalui bank Century, ternyata para nasabah harus menelan pernyataan pahit dari pihak bank Century, mendapatkan jawaban sabar…….. mulai nasabah stress sambil melemparkan blangko kosong yang ada di meja karyawan dan meminta rokok kepada petugas keamanan.

Abeng, selaku koordinator para nasabah bank Century Jambi, sempat marah, karena merasa dipermainkan dengan janji-janji yang tidak kunjung selesai, bahkan menurut Abeng para nasabah di Jambi rela uangnya dipotong tiga puluh persen asal uang mereka bisa cair kembali.

Empat poin usulan dari para nasabah bank Century diantaranya ; 1. Para investor Antaboga Delta Sekuritas (ADS) akan dibawa kemana?, 2. Bagaimana penyelesaiaannya, 3. Para investor menuntut agar investasi ADS mereka dijadikan Deposito tanpa bunga dan yang ke 4 Para investor menuntut agar investasi ADS mereka dibayar tunai dengan dipotong 30%.

Sedangkan jawaban dari Umar Ulin Lega selaku Ketua Tim Asistensi Kantor Pusat Bank Century, adalah poin 1 dan 2, penyelesaian kasus ini mengikuti proses hukum yang sedang berjalan, perlu diketahui bahwa berdasarkan hasil penelusuran Bareskrim mabes Polri dan PPATK aliran dana investor masuk kedalam rekening PT ADS, dan poin 3 dan 4, mengingat kasus ini masih dalam proses hukum, maka permintaan para investor tidak dapat di penuhi.

Dari hasil penyataan tersebut diatas, sepertinya dana para investor bekal lenyap tanpa bekas, sedangkan para nasabah tidak mau tahu, yang mereka tahu adalah Deposito melalui bank Century Cabang Jambi.

Sementara, Oyong Sagitarius dari bank Century Cabang Jambi tidak bisa memberikan komentar saat di wawancarai oleh wartawan media cetak dan elektronik, “saya tidak punya wewenang memberikan jawaban, tunggu keputusan dari pusat”.

Dengan adanya kasus tersebut, sudah seyogyanya pemerintah mengambil tindakan dengan menutup sementara operasional bank Century serta pemerintah melakukan audit terhadap bank yang bersangkutan, dari pada nantinya kembali meminta korban, berhubung sampai saat ini pihak bank Century masih menerima setoran dan deposito dari masyarakat.

Hingga berita ini diturunkan para nasabah masih menduduki bank Century cabang Jambi. (Rom)

22 Apr 2009

Menelusuri Perjalanan Sejarah Tjoa The Hok

SINGAPURA – Bagi masyarakat Sepucuk Jambi Sembilan Lurah tidak ada yang tidak kenal dengan daerah The Hok, namun siapa sebenarnya The Hok tentu warga banyak yang tidak tahu, sebenarnya nama The Hok adalah nama dari seorang tokoh masyarakat Tionghoa yang pertama kali datang ke Jambi di abab ke 19, beliau bernama Tjoa The Hok, yang tidak asing lagi bagi para pendatang dari daratan Tiongkok, karena The Hok memang berasal dari Negara Tirai Bambu (RRC).

Tjoa The Hok yang hijrah ke Jambi sekitar tahun 1890 dan bermukim di daerah yang kini disebut The Hok, kala itu daerah The Hok masih berupa hutan belantara, disitu daerah The Hok beliau sebagai pedagang karet yang ulet dan memiliki perkebunan karet dan pabrik getah (gudang asap) yang mengelolah hasil karet dari para petani lokal.

Pada saat itu, bagi warga Tionghoa yang hijrah ke Indonesia khususnya ke Jambi, pada umumnya singgah dirumah The Hok sebagai tempat pelepas lelah maupun para petani karet menjual hasil getah mereka.

Lambat laun nama The Hok mulai dikenal orang-orang baik dari kalangan masyarakat Jambi maupun bangsa Jepang dan Belanda. Tentu sebagian besar orang akan bertanya mengapa bisa melekat nama The Hok,?

Pada jaman dahulu bagi masyarakat yang hendak bertandang dirumah Tjoa The Hok maupun petani yang hendak menjual hasil panen karetnya, ketika didalam perjalanan, berpapasan dengan teman-teman, lantas disapa hendak kemana (sapa menyapa lazim dilakukan masyarakat Jambi), dijawab dengan singkat, “mau ke The Hok” (maksudnya rumah the hok red), maka lama kelamaan masyarakat diberi nama The Hok, menurut Kim Kai (86) sebelum wafat dan beberapa narasumber yang dihimpun mengatakan, pada umumnya warga Tionghoa yang hendak kerumah the hok, ditengah perjalanan ketemu teman dan ditanya mau kemana, terus dijawab singkat the hok" selain itu the hok juga dikenal masyarakat sebagai toke getah yang ramah, maka oleh warga daerah tersebut diberi nama The Hok.

Keturunan Tjoa The Hok
Tjoa The Hok, dikaruniai delapan orang anak. Tiga diantaranya laki-laki dan lima perempuan. kini anak The Hok Keturunan Tjoa Ho Siang (anak pertama The Hok) dari istri pertamanya, kini banyak bermukim di Singapura dan Cina. Sedangkan dari istri kedua Tjoa Ho Siang, umumnya tinggal di Indonesia seperti Jambi, Kuala Tungkal, Surabaya, Jakarta, Palembang, Bengkulu dan Medan. Sebagian lagi bermukim di Taiwan, Singapura , Australia dan Amerika Serikat. Tjoa The Hok wafat pada usia 90 tahun yang dimakamkan di Singapura sekitar tahun 1959/1961 ( bulan 3, tanggal 2 imlek).

Untuk perkembangan kota di Singapura, maka pemeritah setempat meminta kepada ahli waris atau keturunan yang memiliki nisan di pemakaman Ngee Ann (UPPBR) Bukit Timah Road segera dibongkar, jarak perjalanan dari pusat kota Singapura ke pemakaman Ngee Ann sekitar 24 Kilometer.

Sebagai keturunan Tjoa The Hok, tentu berkewajiban untuk mengurusi makam leluhur mereka, maka pada tanggal 11 April 2009. Anak-anak beserta cucu dan cicit The Hok baik yang ada di Singapure, Jakarta dan Jambi pada lakukan Ceng Beng/ ziarah terakhir di pemakaman Ngee Ann. sebelum melakukan memindakan kerangka ayahanda/ kakek/ buyut mereka ke Jambi.

Sejarah The Hok
Nama The Hok, adalah salah satu nama Kelurahan di Kota Jambi yang sudah cukup dikenal masyarakat Jambi khususnya dan umumnya di Tanah Air Indonesia, bahkan kini telah berkembang menjadi kawasan strategis dan pusat keramaian.

Tjoa The Hok hijrah ke Kota Jambi sekitar tahun 1890 an. Pada zamannya dia dikenal sebagai orang Tionghoa yang sangat sukses, beliau dikenal mau berjuang keras demi mencapai masa depan yang lebih cemerlang, maka tidak heran beliau memiliki banyak usaha, mulai dari kebun karet, gudang asap (pabrik getah). kekayaan The Hok yang masih tersisa di Kota Jambi. Sampai kini masih berdiri kokoh adalah bangunan pabrik getah yang terletak di kawasan seberang kota Jambi.

Ujar Andrew Chua/ Tjoa Koon Wa (anak Tjoa Ho Siang dari generasi ke empat), “The Hok diperkirakan hijrah ke Jambi sekitar tahun 1890 an atau abad l9 M. waktu itu beliau baru berusia sekitar 18 tahun”.

Selanjutnya kata Andrew Chua, The Hok pindah ke Singapura untuk mengembangkan bisnisnya. Dikota Singapura, The Hok tinggal di sekitar South Channel Road. Dan beliau wafat antara tahun 1959 hingga 1961 dalam usia 90 tahun dan dimakamkan di Singapura, sedangkan keturunan beliau ada di berbagai kota di Indonesia seperti Jambi, Kuala Tungkal, Surabaya, Jakarta, Palembang, Bengkulu dan Medan. Sebagian lagi bermukim di Taiwan, Singapura, Australia dan Amerika Serikat.

Ziarah makam leluhur
Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap perayaan Ceng Beng (ziarah red), rombongan keturunan The Hok pada berziarah ke makam ayah, kakek dan buyut mereka yang dimakamkan di Negara Singapura, di kanan kiri makam Tjoa The Hok terdapat sepasang patung singa yang terbuat dari batu. Posisi makam The Hok bersama dengan sang istri berada di tengah, sedangkan beberapa makam keturunannya berada diatas makam The Hok. Yang cukup memprihatinkan, area pemakaman Ngee Ann di Upper Bukit Timah Road, tempat istirahat terakhir almarhum Tjoa The Hok beserta beberapa anggota keluarganya, segera diambil alih oleh pemerintah setempat untuk tujuan pengembangan kota.

Kata Andrew Chua “Memang makam leluhurnya akan dibongkar, oleh karena itu berdasarkan hasil musyawarah keluarga“, maka kami sepakat untuk membongkar makam leluhur kami yang ada di pemakaman Ngee Ann di Upper Bukit Timah Road, seterusnya tulang berulang leluhur akan kremasikan, dan abu jenazah leluhur, akan kami semayamkan di rumah abu Samudra Bakti Vihara Sakyakirti Jambi.

Bentuk makam Tjoa The Hok tidak jauh berbeda dengan makam warga Tionghoa yang ada di Jambi umumnya. Di batu nisan Tjoa The Hok tulisan nama beliau (the hok) dalam bahasa mandarin yang menerangkan tentang identitas.

Di bagian atas makamnya terdapat makam anak pertamanya Tjoa Ho Siang, kemudian Tjoa Ho San (putra kedua) dan Tjoa Ho Yan (putra ketiga). Selain itu di area pemakaman yang sama, juga dimakamkan istri Tjoa Ho Yan (menantu Thehok) dan salah seorang keponakan Thehok.

Selain itu ujar salah satu keturunan Thehok yang tinggal di Jambi The Hok, Supriyanto Kang, SH. MM, salah satu bentuk bangunan pabrik/ gudang asap masih terlihat jelas dari Gubernuran atau Ancol, ujar, pria yang berprofesi sebagai notaris ini mengatakan, salah satu aset Thehok hingga saat ini masih terlihat aslinya. Semuanya masih seperti dulu, didalamnya masih terdapat banyak mesin, katanya.

Sedangkan sebagai tempat tinggal yang sekaligus sebagai tempat usaha yang terletak di jalan Sultan Thaha Pasar Jambi. Tepatnya depan WTC Batanghari Jambi sekarang.
Menurut Vinsensus Herman,jalan di sekitar Toko The Hok yang kini dikenal dengan nama Jalan Tio Chiu, Jalan Batanghari dan Jalan Sultan Thaha hingga kini.

Andrew Chua juga mengungkapkan, selain dikenal sebagai pengusaha sukses, kakek buyutnya juga dikenal sebagai orang yang memiliki sifat sosial yang tinggi. Bahkan secara sembunyi-sembunyi, kakek buyutnya turut membantu para perjuangan bangsa Indonesia demi terlepas dari belenggu penjajah Jepang dikala itu. Kakek buyutnya hanya membantu perjuangan secara materil. Bantuan yang diberikan kepada pejuang berbentuk bahan makanan dan perlengkapan senjata, ujarnya. Bahkan kakeknya Tjoa Ho Siang sempat ditawan oleh tentara Jepang karena ikut membantu para pejuang bangsa, hingga kakek saya mau dihukum mati. Namun berkat sang pencipta yang bermurah hati, datanglah seorang tokoh masyarakat dari Bengkulu yang berusaha menolong dengan cara mendatangi pihak Jepang untuk melakukan perundingan (negosiasi) hingga akhirnya kakek saya terlepas dari hukuman mati, terangnya.
Selain ikut membantu perjuangan, sosok Tjoa The Hok juga dikenal sebagai orang yang memiliki sifat sosial tinggi. Dimasa kejayaannya, The Hok dan putranya Tjoa Ho Siang banyak membina hubungan dan memberikan bantuan kepada penduduk setempat.

Seperti di Pelayangan Olak Kemang, seberang Kota Jambi. bantuan yang diberikan The Hok dan keluarganya adalah membangun sekolah, pembuatan jalan, pendirian rumah sakit dan berbagai bentuk sumbangan lain untuk pemerintah setempat. Karena kakek buyut saya menyadari tak akan sukses tanpa bantuan orang lain.

Monumen The Hok
Sejak lama, masyarakat Jambi mengenal daerah The Hok seperti yang diakui Junaidi ketua RT. 25 di Kelurahan Pakuan Baru, yang rumahnya tidak jauh dari lokasi gudang asap milik Tjoa The Hok, menurut Junaidi, nama besar The Hok sudah lama dikenal, yang beliau ketahui dari orang-orang tua dilingkungan Rt 25, bahwa The Hok dikenal sebagai sesosok tokoh dari keturunan Tionghoa yang mempunyai kebun karet.

Kawasan The hok dulunya adalah sebuah perkebunan karet milik almarhum Tjoa The Hok. Lokasi kebun karet itu diperkirakan mulai dari simpang Jelutung sampai ke arah Pall Merah Lama, maka jika ada warga yang hendak ketempat perkebunan karet, saat berpapasan dengan teman ditanya, hendak kemana dijawab singkat ke The hok.
Kelurahan The Hok diresmikan menjadi Kelurahan pada tahun 1981. Berdasarkan Undang-Undang No. 56 tahun 1979 dan Peraturan Daerah saat itu. Luasnya Kelurahan The Hok sekitar 660 Ha.

Wilayah Jambi Selatan meliputi beberapa Kelurahan,yakni Kelurahan The hok, Kelurahan Tambak Sari, Kelurahan Pakuan Baru dan Kelurahan Wijayapura. Sedangkan Kelurahan The Hok terletak di daerah Kebun Handil.

Untuk dapat mengenang jasa-jasa almarhum Tjoa The Hok, Ketua Rt. 25, Junaidi (08/4), bahwa warga masyarakat Rt. 25 Kelurahan Pakuan Baru, mengharapkan agar Pemerintah Kota Jambi dapat mendirikan monumen The Hok, karena bagaimanapun juga The Hok telah banyak memberikan kontribusi yang tidak sedikit dimasa dahulu. (rom)
JAMBI – Karena uang tidak kunjungi dibayar, Rabu siang nasabah bank Century cabang Jambi kembali mendatangi kantor bank Century untuk menagih janji (22/4).

Namun sungguh di sayangi, lagi-lagi dari pihak bank Century belum bisa mencairkan dana para nasabah dan kembali memberikan janji-janji untuk menunggu. Begitu peliknya masalah tersebut, membuat seorang nenek yang menjadi nasabah terlihat frustasi, sehingga dirinya tidak dapat menahan diri dengan menduduki diatas meja karyawan bank dan merokok sambil memaki-maki karyawan bank.

Kim Lan (65) frustasi karena uang sebesar 165 juta yang dia depositokan di bank Century tidak kunjung cair, uang tersebut adalah uang hasil penjualan kue selama 40 tahun lebih.
Ujar Kim Lan “uang hasil jualan kue selama 40 tahun, saya depositokan di bank Century atas bujuk rayu si janda ingge” sambil menunjukan salah satu marketing yang cantik sedang di cuci otak oleh Abeng, selanjutnya Kim Lan meminta agar Presiden maupun Pemerintah mau turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Kisruhnya kasus penyelewengan dana nasabah bank Century cabang Jambi di Jalan Gatot Subroto, membuat para nasabah semakin frustasi, lantaran dana yang mereka investasikan sudah tujuh bulan ini yang tidak kunjung selesai.

Sedangkan menurut perwakilan nasabah bank Century, Abeng, jelas-jelas bank Century telah melakukan penipuan kepada masyarakat, dengan menjual prodak yang tidak ada izinnya, apa lagi dengan mengunakan kop yang ada stempel Dirjen Pajak. (Rom)