22 Apr 2009

Menelusuri Perjalanan Sejarah Tjoa The Hok

SINGAPURA – Bagi masyarakat Sepucuk Jambi Sembilan Lurah tidak ada yang tidak kenal dengan daerah The Hok, namun siapa sebenarnya The Hok tentu warga banyak yang tidak tahu, sebenarnya nama The Hok adalah nama dari seorang tokoh masyarakat Tionghoa yang pertama kali datang ke Jambi di abab ke 19, beliau bernama Tjoa The Hok, yang tidak asing lagi bagi para pendatang dari daratan Tiongkok, karena The Hok memang berasal dari Negara Tirai Bambu (RRC).

Tjoa The Hok yang hijrah ke Jambi sekitar tahun 1890 dan bermukim di daerah yang kini disebut The Hok, kala itu daerah The Hok masih berupa hutan belantara, disitu daerah The Hok beliau sebagai pedagang karet yang ulet dan memiliki perkebunan karet dan pabrik getah (gudang asap) yang mengelolah hasil karet dari para petani lokal.

Pada saat itu, bagi warga Tionghoa yang hijrah ke Indonesia khususnya ke Jambi, pada umumnya singgah dirumah The Hok sebagai tempat pelepas lelah maupun para petani karet menjual hasil getah mereka.

Lambat laun nama The Hok mulai dikenal orang-orang baik dari kalangan masyarakat Jambi maupun bangsa Jepang dan Belanda. Tentu sebagian besar orang akan bertanya mengapa bisa melekat nama The Hok,?

Pada jaman dahulu bagi masyarakat yang hendak bertandang dirumah Tjoa The Hok maupun petani yang hendak menjual hasil panen karetnya, ketika didalam perjalanan, berpapasan dengan teman-teman, lantas disapa hendak kemana (sapa menyapa lazim dilakukan masyarakat Jambi), dijawab dengan singkat, “mau ke The Hok” (maksudnya rumah the hok red), maka lama kelamaan masyarakat diberi nama The Hok, menurut Kim Kai (86) sebelum wafat dan beberapa narasumber yang dihimpun mengatakan, pada umumnya warga Tionghoa yang hendak kerumah the hok, ditengah perjalanan ketemu teman dan ditanya mau kemana, terus dijawab singkat the hok" selain itu the hok juga dikenal masyarakat sebagai toke getah yang ramah, maka oleh warga daerah tersebut diberi nama The Hok.

Keturunan Tjoa The Hok
Tjoa The Hok, dikaruniai delapan orang anak. Tiga diantaranya laki-laki dan lima perempuan. kini anak The Hok Keturunan Tjoa Ho Siang (anak pertama The Hok) dari istri pertamanya, kini banyak bermukim di Singapura dan Cina. Sedangkan dari istri kedua Tjoa Ho Siang, umumnya tinggal di Indonesia seperti Jambi, Kuala Tungkal, Surabaya, Jakarta, Palembang, Bengkulu dan Medan. Sebagian lagi bermukim di Taiwan, Singapura , Australia dan Amerika Serikat. Tjoa The Hok wafat pada usia 90 tahun yang dimakamkan di Singapura sekitar tahun 1959/1961 ( bulan 3, tanggal 2 imlek).

Untuk perkembangan kota di Singapura, maka pemeritah setempat meminta kepada ahli waris atau keturunan yang memiliki nisan di pemakaman Ngee Ann (UPPBR) Bukit Timah Road segera dibongkar, jarak perjalanan dari pusat kota Singapura ke pemakaman Ngee Ann sekitar 24 Kilometer.

Sebagai keturunan Tjoa The Hok, tentu berkewajiban untuk mengurusi makam leluhur mereka, maka pada tanggal 11 April 2009. Anak-anak beserta cucu dan cicit The Hok baik yang ada di Singapure, Jakarta dan Jambi pada lakukan Ceng Beng/ ziarah terakhir di pemakaman Ngee Ann. sebelum melakukan memindakan kerangka ayahanda/ kakek/ buyut mereka ke Jambi.

Sejarah The Hok
Nama The Hok, adalah salah satu nama Kelurahan di Kota Jambi yang sudah cukup dikenal masyarakat Jambi khususnya dan umumnya di Tanah Air Indonesia, bahkan kini telah berkembang menjadi kawasan strategis dan pusat keramaian.

Tjoa The Hok hijrah ke Kota Jambi sekitar tahun 1890 an. Pada zamannya dia dikenal sebagai orang Tionghoa yang sangat sukses, beliau dikenal mau berjuang keras demi mencapai masa depan yang lebih cemerlang, maka tidak heran beliau memiliki banyak usaha, mulai dari kebun karet, gudang asap (pabrik getah). kekayaan The Hok yang masih tersisa di Kota Jambi. Sampai kini masih berdiri kokoh adalah bangunan pabrik getah yang terletak di kawasan seberang kota Jambi.

Ujar Andrew Chua/ Tjoa Koon Wa (anak Tjoa Ho Siang dari generasi ke empat), “The Hok diperkirakan hijrah ke Jambi sekitar tahun 1890 an atau abad l9 M. waktu itu beliau baru berusia sekitar 18 tahun”.

Selanjutnya kata Andrew Chua, The Hok pindah ke Singapura untuk mengembangkan bisnisnya. Dikota Singapura, The Hok tinggal di sekitar South Channel Road. Dan beliau wafat antara tahun 1959 hingga 1961 dalam usia 90 tahun dan dimakamkan di Singapura, sedangkan keturunan beliau ada di berbagai kota di Indonesia seperti Jambi, Kuala Tungkal, Surabaya, Jakarta, Palembang, Bengkulu dan Medan. Sebagian lagi bermukim di Taiwan, Singapura, Australia dan Amerika Serikat.

Ziarah makam leluhur
Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap perayaan Ceng Beng (ziarah red), rombongan keturunan The Hok pada berziarah ke makam ayah, kakek dan buyut mereka yang dimakamkan di Negara Singapura, di kanan kiri makam Tjoa The Hok terdapat sepasang patung singa yang terbuat dari batu. Posisi makam The Hok bersama dengan sang istri berada di tengah, sedangkan beberapa makam keturunannya berada diatas makam The Hok. Yang cukup memprihatinkan, area pemakaman Ngee Ann di Upper Bukit Timah Road, tempat istirahat terakhir almarhum Tjoa The Hok beserta beberapa anggota keluarganya, segera diambil alih oleh pemerintah setempat untuk tujuan pengembangan kota.

Kata Andrew Chua “Memang makam leluhurnya akan dibongkar, oleh karena itu berdasarkan hasil musyawarah keluarga“, maka kami sepakat untuk membongkar makam leluhur kami yang ada di pemakaman Ngee Ann di Upper Bukit Timah Road, seterusnya tulang berulang leluhur akan kremasikan, dan abu jenazah leluhur, akan kami semayamkan di rumah abu Samudra Bakti Vihara Sakyakirti Jambi.

Bentuk makam Tjoa The Hok tidak jauh berbeda dengan makam warga Tionghoa yang ada di Jambi umumnya. Di batu nisan Tjoa The Hok tulisan nama beliau (the hok) dalam bahasa mandarin yang menerangkan tentang identitas.

Di bagian atas makamnya terdapat makam anak pertamanya Tjoa Ho Siang, kemudian Tjoa Ho San (putra kedua) dan Tjoa Ho Yan (putra ketiga). Selain itu di area pemakaman yang sama, juga dimakamkan istri Tjoa Ho Yan (menantu Thehok) dan salah seorang keponakan Thehok.

Selain itu ujar salah satu keturunan Thehok yang tinggal di Jambi The Hok, Supriyanto Kang, SH. MM, salah satu bentuk bangunan pabrik/ gudang asap masih terlihat jelas dari Gubernuran atau Ancol, ujar, pria yang berprofesi sebagai notaris ini mengatakan, salah satu aset Thehok hingga saat ini masih terlihat aslinya. Semuanya masih seperti dulu, didalamnya masih terdapat banyak mesin, katanya.

Sedangkan sebagai tempat tinggal yang sekaligus sebagai tempat usaha yang terletak di jalan Sultan Thaha Pasar Jambi. Tepatnya depan WTC Batanghari Jambi sekarang.
Menurut Vinsensus Herman,jalan di sekitar Toko The Hok yang kini dikenal dengan nama Jalan Tio Chiu, Jalan Batanghari dan Jalan Sultan Thaha hingga kini.

Andrew Chua juga mengungkapkan, selain dikenal sebagai pengusaha sukses, kakek buyutnya juga dikenal sebagai orang yang memiliki sifat sosial yang tinggi. Bahkan secara sembunyi-sembunyi, kakek buyutnya turut membantu para perjuangan bangsa Indonesia demi terlepas dari belenggu penjajah Jepang dikala itu. Kakek buyutnya hanya membantu perjuangan secara materil. Bantuan yang diberikan kepada pejuang berbentuk bahan makanan dan perlengkapan senjata, ujarnya. Bahkan kakeknya Tjoa Ho Siang sempat ditawan oleh tentara Jepang karena ikut membantu para pejuang bangsa, hingga kakek saya mau dihukum mati. Namun berkat sang pencipta yang bermurah hati, datanglah seorang tokoh masyarakat dari Bengkulu yang berusaha menolong dengan cara mendatangi pihak Jepang untuk melakukan perundingan (negosiasi) hingga akhirnya kakek saya terlepas dari hukuman mati, terangnya.
Selain ikut membantu perjuangan, sosok Tjoa The Hok juga dikenal sebagai orang yang memiliki sifat sosial tinggi. Dimasa kejayaannya, The Hok dan putranya Tjoa Ho Siang banyak membina hubungan dan memberikan bantuan kepada penduduk setempat.

Seperti di Pelayangan Olak Kemang, seberang Kota Jambi. bantuan yang diberikan The Hok dan keluarganya adalah membangun sekolah, pembuatan jalan, pendirian rumah sakit dan berbagai bentuk sumbangan lain untuk pemerintah setempat. Karena kakek buyut saya menyadari tak akan sukses tanpa bantuan orang lain.

Monumen The Hok
Sejak lama, masyarakat Jambi mengenal daerah The Hok seperti yang diakui Junaidi ketua RT. 25 di Kelurahan Pakuan Baru, yang rumahnya tidak jauh dari lokasi gudang asap milik Tjoa The Hok, menurut Junaidi, nama besar The Hok sudah lama dikenal, yang beliau ketahui dari orang-orang tua dilingkungan Rt 25, bahwa The Hok dikenal sebagai sesosok tokoh dari keturunan Tionghoa yang mempunyai kebun karet.

Kawasan The hok dulunya adalah sebuah perkebunan karet milik almarhum Tjoa The Hok. Lokasi kebun karet itu diperkirakan mulai dari simpang Jelutung sampai ke arah Pall Merah Lama, maka jika ada warga yang hendak ketempat perkebunan karet, saat berpapasan dengan teman ditanya, hendak kemana dijawab singkat ke The hok.
Kelurahan The Hok diresmikan menjadi Kelurahan pada tahun 1981. Berdasarkan Undang-Undang No. 56 tahun 1979 dan Peraturan Daerah saat itu. Luasnya Kelurahan The Hok sekitar 660 Ha.

Wilayah Jambi Selatan meliputi beberapa Kelurahan,yakni Kelurahan The hok, Kelurahan Tambak Sari, Kelurahan Pakuan Baru dan Kelurahan Wijayapura. Sedangkan Kelurahan The Hok terletak di daerah Kebun Handil.

Untuk dapat mengenang jasa-jasa almarhum Tjoa The Hok, Ketua Rt. 25, Junaidi (08/4), bahwa warga masyarakat Rt. 25 Kelurahan Pakuan Baru, mengharapkan agar Pemerintah Kota Jambi dapat mendirikan monumen The Hok, karena bagaimanapun juga The Hok telah banyak memberikan kontribusi yang tidak sedikit dimasa dahulu. (rom)