MUARO JAMBI – Rabu (05/11) bertepatan dengan Perayaan Hari Kathina 2552BE/2008, ratusan umat Buddha Kota Jambi dan sekitarnya, Vihara Sakyakirti Jambi yang terletak di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Sulanjana, Kecamatan Jambi Timur, kembali mengadakan acara Fang Shen atau pelepasan ribuan satwa ke habitat aslinya (alam bebas), diantara satwa (binatang) yang dilepaskan adalah ratusan ekor kura-kura, ratusan ikan lele dan belut serta ratusan ekor burung.
Sebelum menuju kelokasi Fang Shen pelepasan satwa (binatang) ke alam bebas di Sungai Batanghari Jambi, terlebih dahulu dilakukan upacara kebaktian bersama dihalaman Vihara Sakyakirti Jambi, prosesi kebaktian dipimpin langsung oleh Bhikkhu Nyana Jaya Bhumi beserta ratusan umat Buddha, setelah makan siang rombongan baru menuju kelokasi Fang Shen yaitu galangan kapal PT. Naga Cipta Central, Jalan Pelabuhan Talang Duku, di Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi. Setiba disisi sungai Batanghari, Bhikkhu Nyana Jaya Bhumi kembali melakukan pembacaan doa-doa agar satwa (binatang) yang dilepaskan kealam aslinya,
selanjutnya kura-kura yang telah dibacakan doa dilepaskan oleh Bhikkhu Nyana Jaya Bhumi dan juga penaburan bunga-bunga ke sungai Batanghari, setelah itu disusul umat yang hadir melepaskan satwa sambil tak henti-hentinya membacakan doa.
Setelah selesai pelepasan satwa, Bhikkhu Nyana Jaya Bhumi, kepada sejumlah wartawan, mengatakan “ bahwa setiap mahluk hidup berkeinginan hidup yang bahagia, seperti keinginan kita (baca insan red) yang ingin hidup dalam kebahagian, sedangkan dengan melepaskan satwa ke habitan aslinya secara tidak langsung kita telah menyelamatkan satwa dari kepunahan “.
Tujuan Fang Shen, sesungguhnya adalah agar sebagai insan manusia tidak melakukan pembunuhan terhadap makhluk hidup (sila pertama), dan tidak melakukan perbuatan jahat dengan merenggut kehidupan makhluk lain. Bahkan, setelah melepaskan diri dari melakukan kejahatan pembunuhan makhluk hidup, lebih jauh lagi adalah dengan memperbanyak berbuat kebajikan, yakni membebaskan makhluk-makhluk hidup yang menderita, kapan saja dan di mana saja hal tersebut dapat dilakukan.
Fang Shen adalah pembuatan yang sangat dimuliakan oleh Sang Pencipta Alam Semesta, yakni berharap agar semua makhluk hidup diatas bumi dapat berbahagia dan terlepas dari penderitaan, ini menunjukkan bahwa kita telah mulai memasuki tahap penyucian hati dan pikiran, sehingga niat-niat jahatpun tidak akan mendapat tempat dalam batin kita.
Pembunuhan, apapun bentuknya, adalah perbuatan yang tidak baik untuk dilakukan karena pembunuhan berarti mengakhiri kehidupan makhluk lain. Jika kita sebagai manusia memiliki hasrat untuk hidup, serta tidak ingin kehidupan kita diambil, demikian juga yang dirasakan dan diinginkan oleh makhluk lain. Hal ini tidak dapat dipungkiri, tapi mungkin kita berusaha mengingkarinya dengan mengutamakan kepentingan diri kita di atas kepentingan makhluk lain.
Selain itu, Buddha juga mengajarkan lima aturan moral (sila) yang dikenal dengan Panca Sila Buddhis. Kelima sila tersebut adalah bahwa seorang umat Buddha bertekad melatih diri menghindarkan diri dari (1) Membunuh makhluk hidup, (2) Perbuatan pencurian, (3) Perbuatan asusila, (4) Ucapan yang tidak benar, (5) Minuman yang menyebabkan kesadaran berkurang (mabuk).
Fang Sheng adalah perluasan dari sila untuk tidak melakukan pembunuhan makhluk hidup serta menjadi sebuah solusi untuk mengembalikan ekosistem sehingga kepunahan spesies-spesies karena ulah manusia dapat dihindarkan (Romy - Perwakilan Majalah DI Wilayah Jambi).
Sebelum menuju kelokasi Fang Shen pelepasan satwa (binatang) ke alam bebas di Sungai Batanghari Jambi, terlebih dahulu dilakukan upacara kebaktian bersama dihalaman Vihara Sakyakirti Jambi, prosesi kebaktian dipimpin langsung oleh Bhikkhu Nyana Jaya Bhumi beserta ratusan umat Buddha, setelah makan siang rombongan baru menuju kelokasi Fang Shen yaitu galangan kapal PT. Naga Cipta Central, Jalan Pelabuhan Talang Duku, di Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi. Setiba disisi sungai Batanghari, Bhikkhu Nyana Jaya Bhumi kembali melakukan pembacaan doa-doa agar satwa (binatang) yang dilepaskan kealam aslinya,
selanjutnya kura-kura yang telah dibacakan doa dilepaskan oleh Bhikkhu Nyana Jaya Bhumi dan juga penaburan bunga-bunga ke sungai Batanghari, setelah itu disusul umat yang hadir melepaskan satwa sambil tak henti-hentinya membacakan doa.
Setelah selesai pelepasan satwa, Bhikkhu Nyana Jaya Bhumi, kepada sejumlah wartawan, mengatakan “ bahwa setiap mahluk hidup berkeinginan hidup yang bahagia, seperti keinginan kita (baca insan red) yang ingin hidup dalam kebahagian, sedangkan dengan melepaskan satwa ke habitan aslinya secara tidak langsung kita telah menyelamatkan satwa dari kepunahan “.
Tujuan Fang Shen, sesungguhnya adalah agar sebagai insan manusia tidak melakukan pembunuhan terhadap makhluk hidup (sila pertama), dan tidak melakukan perbuatan jahat dengan merenggut kehidupan makhluk lain. Bahkan, setelah melepaskan diri dari melakukan kejahatan pembunuhan makhluk hidup, lebih jauh lagi adalah dengan memperbanyak berbuat kebajikan, yakni membebaskan makhluk-makhluk hidup yang menderita, kapan saja dan di mana saja hal tersebut dapat dilakukan.
Fang Shen adalah pembuatan yang sangat dimuliakan oleh Sang Pencipta Alam Semesta, yakni berharap agar semua makhluk hidup diatas bumi dapat berbahagia dan terlepas dari penderitaan, ini menunjukkan bahwa kita telah mulai memasuki tahap penyucian hati dan pikiran, sehingga niat-niat jahatpun tidak akan mendapat tempat dalam batin kita.
Pembunuhan, apapun bentuknya, adalah perbuatan yang tidak baik untuk dilakukan karena pembunuhan berarti mengakhiri kehidupan makhluk lain. Jika kita sebagai manusia memiliki hasrat untuk hidup, serta tidak ingin kehidupan kita diambil, demikian juga yang dirasakan dan diinginkan oleh makhluk lain. Hal ini tidak dapat dipungkiri, tapi mungkin kita berusaha mengingkarinya dengan mengutamakan kepentingan diri kita di atas kepentingan makhluk lain.
Selain itu, Buddha juga mengajarkan lima aturan moral (sila) yang dikenal dengan Panca Sila Buddhis. Kelima sila tersebut adalah bahwa seorang umat Buddha bertekad melatih diri menghindarkan diri dari (1) Membunuh makhluk hidup, (2) Perbuatan pencurian, (3) Perbuatan asusila, (4) Ucapan yang tidak benar, (5) Minuman yang menyebabkan kesadaran berkurang (mabuk).
Fang Sheng adalah perluasan dari sila untuk tidak melakukan pembunuhan makhluk hidup serta menjadi sebuah solusi untuk mengembalikan ekosistem sehingga kepunahan spesies-spesies karena ulah manusia dapat dihindarkan (Romy - Perwakilan Majalah DI Wilayah Jambi).