2 Mei 2009

Ritual Pemandian Rupang Buddha

JAMBI – Menjelang perayaan hari besar Waisak 2553, ratusan umat Buddha mendatangi Vihara Sakyakirti Jambi, para umat sengaja datang untuk mengikuti ritual pemandian rupang Buddha, ritual yang rutin digelar seminggu menjelang perayaan Waisak.

Diiringi derasnya hujan, namun tidak menghalangi niat ratusan umat Buddha Kota Jambi untuk lakukan ritual pemandian rupang (patung Buddha). Ritual tersebut memperingati hari kelahiran Pengeran Sidharta di Taman Lumbini pada hari purnama bulan Waisak, 623 SM, maka para dewa menyirami Bodhisatva dengan air surgawi dan selanjutnya Bodhisatva berjalan tujuh langkah kedepan terus tumbuh bunga-bunga Teratai dari tanah di bawah setiap jejaknya yang artinya terpenuhi harapannya.

Bahwa makna dari Pemandian Rupang Buddha adalah untuk mengingatkan kembali hari kelahiran Bodhisatva (Pangeran Siddharta) di Taman Lumbini pada hari purnama bulan Waisak, 623 SM dan saat Ratu melahirkan Pangeran Siddharta para dewa menyirami Bodhisatva dengan air surgawi. Selain itu agar kita selalu mengingatkan ajaran sang Buddha serta membersihkan diri kita seperti Pangeran Sidharta Gotama.

Prosesi Pemandian Rupang Buddha dilakukan di Vihara Sakyakirti di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Sulanjana, Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi, pemandian Rupang dipimpin langsung oleh Bhikku Giriviria dibantu oleh Bhikku Thira Dhammo dan Samanera Siridharo.

Menurut penuturan Ketua Majelis Budhayana Indonesia (MBI) Provinsi Jambi, Romo Ballamita “Jadi setiap tahun kita rutin melaksanakan kegiatan ritual pemandian ini,” sedangkan tujuan dan makna pemandian rupang adalah agar diri kita bisa mengikuti ajaran-ajaran Sang Buddha, jangan jadi orang yang egois. (Rom)