9 Nov 2010

Kepala Petani Diduga Ditembak Oknum Brimod

TUNGKAL - Ratusan masyarakat Senyerang melakukan aksi memblokade kapal milik PT Wira karya Sakti (WKS) dan PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry (LPPPI) menelan korban. Korban yang diketahui bernama Ahmad Adam (40) tewas akibat peluru bersarang di kepalanya.

Kejadian tersebut berlangsung sekitar pukul 14.00 WIB saat warga berusaha menghentikan lajunya kapal milik perusahaan WKS. Mengetahui kapal melintas, sekitar 25 pompong yang berisi lima hingga 10 orang mengejar kapal tersebut.

Pengejaran dilakukan, dikarenakan kapal menembus blokade jalur Sungai. Blokade dilakukan dengan menggunakan tali kawat yang melintang dari sisi kiri dan kanan Sungai, serta di jaga oleh sekitar 30 pompong dan ratusan warga. Gagal mengejar kapal, massa akhirnya kembali ke dermaga.

Selang 15 menit, kapal tongkang pun melintas. Warga yang telah emosi kembali melakukan pengejaran, sementara puluhan aparat brimod mengawal perjalanan kapal.

Saat warga mendekat, aparat kemudian mengeluarkan tembakan peringatan. Warga yang marah, akhirnya melempari bom Molotov ke TB Perdana VIII, bahkan warga sempat naik ke kapal untuk meminta kapal berbalik arah.

Pelembaran bom molotov dengan menggunakan botol dan bambo menyebabkan sejumlah ban, pipa, dan tali milik kapal terbakar. Tidak berhasil mengentikan kapal, warga akhirnya kembali ke pompong. Sekitar 100 meter dari kapal tongkang, aksi tembakan masih terjadi, walaupun warga telah mundur, peluru nyasar akhirnya mengenai kepala Ahmad.

“Aparat menembaki kami, makanya kami melempari dengan bom Molotov. Kami akhirnya mundur, dan masih ditembaki hingga bagian kepala Ahmad, padahal kami sudah mundur karena banyak aparat,” papar Bronto kepada sejumlah wartawan, Senin (7/11).

Mengetahui rekannya terkena peluru, pengejaran pun urung dilakukan, sekaligus berupaya menyelamatkan korban. Bahkan, Korban yang beralamat di RT 04, Jalan harapan Desa Senyerang berusaha diberi pertolongan melalui pengobatan di Puskesmas setempat. Namun sayang sekali, upaya menyelamatkan nyawa Ahmad gagal dilakukan, sehingga akhirnya Ahmad tewas sebelum di bawa ke rumah Sakit Umum daerah Kuala Tungkal. Pengakuan Bronto, saat kepala korban terkena peluru, langsung rebah di pompong.

“Langsung rebah di pompong, kami langsung membawa ke puskemas, dan rencananya mau di bawa ke Tungkal, tapi korban sudah tidak bernyawa lagi,” ujarnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter setempat, lanjut Bronto peluru masih bersarang di kepala korban. Darah yang terus mengucur, menyebabkan pihak puskesmas tidak mampu menyelamatkan Ahmad. Korban kemudian di bawa ke rumahnya, dan rencananya akan dimakamkan hari ini.

Isak tangis tak terbentung kagi dari keluarga korban, maupun ratusan warga Senyerang yang telah lima hari melakukan blokade di Sungai Pengabuan.

Sementara itu, Kapolres Tanjung Jabung Barat AKBP Mintarjo, melalui Kabag Ops Kompol Eddy Anwar membenarkan adanya korban meninggal. Hanya saja, sejuh ini pihaknya belum mengetahui, apakah korban ditembak oleh aparat, seperti pengakuan warga.

“Ada satu yang korban, tapi belum diketahui penyebabnya, karena saya juga belum sampai ke lokasi dan keterbatasan akses informasi,” katanya

Begitupun pengakuan Kapolres Tanjung Jabung barat, AKBP Mintarjo. Katanya, penembakan peringatan dilakukan saat warga berupa mengejar kapal. Penembakan dilakukan akibat aksi anarkhis masyarakat yang berusaha menghalang-halangai kapal saat hendak melintas.

“Warga sudah anarkhis, makanya dilakukan penembakan peringatan dengan menggunakan peluru karet, dan itu sudah protap,” katanya.

Terbakar
Aksi pelemparan bom Molotov oleh warga terhadap kapal TB Perdana VIII menyebabkan sejumlah pelalatan kapal terbakar. Bom Molotov dilempar menggunakan botol dan bambu . Selain melempari kapal, warga juga sempat menaiki kapal sekaligus meminta ke ABK kapal untuk memutar haluan.

Kapala Tongkang, Perdana VIII, Fredy (45) mengatakan, saat melintas warga melempari kapal dengan bom molotov. Mengetahui aksi anarkhis warga, bersama empat rekannya kemudian masuk ke dalam ruangan dan mengunci pintu.

Bahkan, aksi tersebut menyebabkan ABK Kapal, Dodi Saputra terluka pada bagian kaki akibat serpihan bom molotov.

“Warga membakar kapal kami, dan meminta kami memutas haluan,” katanya.
Kapal dengan panjang sekitar 20 meter itu hendak menuju Batam, usai mengantar 3000 ton solar milik PT LPPPI. Aksi blokade warga, menyebabkan kapal terhenti selama enam hari. Kerusakan kapal, kata pria berdarah Manado ini telah dilaporkan ke pihak perusahaan, PT CPT di Batam.

Pasca kejadian itu, kapal dengan nomor lambung GT 40.NO 245/GGD masih bersandar sekitar satu kilometer dari lokasi blokade. Pihak kepolisian telah memintai keterangan atas peristiwa tersebut sekaligus mengumpulkan barang bukti.

Adanya aksi pelembaran kapal dengan bom molotov juga menyebabkan dua PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry (LPPI) tidak jadi berangkat. Kapal pengangkut bubur kertas dan tissue dengan kapasitas 7.200 ton ini menunggu hingga situasi kondusif.

Recananya, kapal Marcopolo XI, dan Sando Perkasa akan mengirim bubur kertas dan tissue menuju Surabaya, dan Kerawang, Riau. Ulah brutal warga Senyerang menyebabkan dua kapal tongkang batal di berangkatkan.

Mengenai korban meninggal, katanya hingga saat ini pihaknya belum mengetahui secara pasti “Kami telah dirugikan, karena masyarakat bertindak anarkhis. Dua kapal kami batal berangkat,”kata Humas PT LPPI, Hermawan.

Kronologis:
* Warga memblokade jalur sungai Pengabuan dengan cara tali kawat melintang dari sisi kiri dan kanan Sungai.
* Saat kapal Tanker melintas, warga mengejar dengan kapal pompong.
* Tidak berapa lama, melintas kapal Tongkak, warga kembali mengejar.
* Brimob yang mengawal, mengeluarkan tembakan peringatan.
* Warga pun melempar kapal dengan bom Molotov, hingga fasilitas kapal terbakar.
* Warga menarik diri, aksi tembak masih berlanjut.
* Kepala Ahmad terkena peluru, saat berada di pompong dengan jarak sekitar 100 meter.
* Kapasitas masing-masing 25 pompong, memuat 5 hingga 10 orang.
* Jarak antara tongkang dengan pompong sekitar 100 meter.
* Korban langsung rebah di pompong, usai peluru mengenai kepala korban.
* Warga mundur dari pengejaran, usai aksi penembakan.