4 Apr 2012

Ceng Beng Memberi Penghormatan Kepada Leluhur


JAMBI – Hari ini ratusan warga Tionghoa memadati pekuburan di pal 7 yang berlokasi di Jalan Kapten Pattimura, Kelurahan Rawasari, Kecamatan Kotabaru, mereka datang bersama keluarga untuk sembahyang Cheng Beng atau penghormatan kepada para leluhur yang tahun ini jatuh pada tanggal 4 April 2012, mereka datang dengan membawa berbagai perlengkapan sembahyang maupun aneka sesajian kesukaan orangtua (leluhur).

Indonesia lebih dikenal sebagai Ceng Beng (bahasa Hokkien) adalah agenda tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang atau ziarah ke kuburan orangtua maupun leluhur sesuai dengan agama masing.

Seperti keluarga besar Robin pengusaha dok kapal Apeng, sejak pagi hari mereka mengunakan puluhan kendaraan mengangkut berbagai sesajian atau makanan kesukaan almarhum/ almarhumah dan puluhan karung kertas sembahyang, tidak ketinggalan berbagai asesoris kebutuhan arwah, seperti kebutuhan orang-orang hidup diatas dunia.

Seperti, pakaian jadi, sepatu, rokok, radio, televisi, alat dapur, emas batangan yang dikemas dalam bentuk karton tebal serta sesajin kesukaan orangtua/ leluhur, Ujar Robin, “Kita kirimkan berbagai kebutuhan orangtua (leluhur) kita yang berada dialam baka, disana mereka juga memerlukan apa yang kita pakai sehari-hari di dunia”.

Maka sebagai anak kita memiliki kewajiban untuk memberi hormat kepada orangtua/ leluhur yang telah wafat dengan cara menyembahyangi, imbuhnya.

Ceng Beng bagi masyarakat Tionghoa, adalah penghormatan kepada orangtua, baik kepada yang masih hidup maupun kepada yang sudah meninggal dunia, ini merupakan sebuah kebudayaan sejak jaman dahulu kala. Relasi antar manusia dalam tradisi Tionghoa tidak akan hilang begitu saja, meskipun kematian telah memisahkan orang dari kehidupan di dunia ini. Karena itu tidak heran kalau dalam setiap keluarga penghormatan kepada leluhur menjadi bagian penting dalam kehidupan bersama.

Orang yang tidak lagi menghormati leluhur yang telah meninggal dianggap sebagai seorang anak durhaka, sebab mereka melupakan asal usul dan jasa dari para pendahulunya, bahkan melupakan akar kehidupannya sendiri. (Romy)