Minggu (19/10) berupakan hari yang sangat istimera bagi umat Buddha di Jambi, karena pada hari tersebut ribuan umat Buddha mengikuti prosesi Siripada Puja yang dipimpin oleh YM. Bhikkhu Atimedho Thera, YM. Bhikkhu Cittagutto Thera, YM. Bhikkhu Santamano Thera, YM. Bhikkhu Suhadayo, YM. Bhikkhu Vimaladhiro dan YM. Bhikkhu Indaguno.
Siripada Puja adalah penghormatan kepada jasa Buddha Gotama yang telah mengajarkan kebenaran, dengan cara menghanyutkan kuntum-kuntum teratai di kolam yang di tengahnya dibuat sebuah altar telapak kaki sang Buddha, “Siripada Puja adalah upacara penghormatan kepada tapak kaki suci Sang Buddha. Siripada atau tapak kaki Sang Buddha merupakan salah satu objek penghormatan yang tergolong sangat tua, seperti halnya Pohon Bodhi”.
Sekitar pukul 18.30 seusai prosesi Kathina di Vihara Jaya Manggala, satu persatu umat menaiki kendaraan, panitia menyediakan 20 buah mini bus, sedangkan kendaraan pribadi lebih dari 100 untuk tahun ini peserta Sairipada Puja tidak diperkenankan membawa sepeda motor, lantaran perjalanan menuju kelokasi Siripada Puja memakan waktu setengah jam.
Setiba di lokasi upacara Siripada Puja, lebih dari seribu orang dengan sabar antri dan berjalan iringi-iringan dengan keheningan malam, satu persatu melangkah menuju kolam yang berada di Taman ACI yang terletak di Kabupaten Muaro Jambi,jarak tempu perjalanan lebih kurang setengah jam, dimana Siripada Puja dua tahun terakhir di Taman Rimba Arena MTQ yang menjadi lokasi Siripada Puja Vihara Jaya Manggala. Semua umat terlihat sangat antusias dalam mengikuti upacara tersebut, mulai dari anak kecil sampai orang yang sudah tua. Peserta upacara tidak saja datang dari Kota Jambi, melainkan datang dari Kabupaten Muaro Bungo, Kabupaten Singkut, Palembang dan Bali.
Cahaya lilin yang berasal dari tengah-tengah kuntum teratai terbuat dari kertas dan wangi semerbak hio (gaharu) merubah koram di Taman Alam Citra Indah (ACI) yang di hari-hari biasa dipakai sebagai tempat bertamasya warga Jambi.
Seusai prosesi pembacaan parita pelepasan Bunga Teratai yang terbuat dari kertas yang dihiasi lilin dan dupa diawali para Bhikkhu Sangha, disusul satu persatu umat Buddha melepaskan bunga teratai, bunga telatai dihanyutkan, cahaya lilin menyinari sekitar kolam menambah keindahan malam hari, wangi cendana mengharumkan suasana...Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta Sadhu Sadhu Sadhu (rom/perwakilan majalah DI).