JAMBI – Kejuaraan Nasional Xiangqi Ke-X yang dilaksanakan di Hotel Omni batavia, Jakarta, telah berlalu, satu persatu Pengprov kembali ke daerah asalnya dengan berbagai kesan dan kenangan.
Kontingen Jambi yang dipimpin oleh ketua Pengprov PEXI Jambi, Darman Wijaya menempati peringkat ke 4 dalam kategori junior putra dan putri. Diantaranya pemain junior putra Ricky Chandra Yohanes (12) menempati peringkat ke 4, disusul oleh Eric Rudy (16) di peringkat 6 (sedangkan tahun lalu di Sumsel menempati peringkat 22) dan Yoranda Arga Pratama (14) di peringkat 11.
Sedangkan junior putri Tri Nurdiyanti (16) berada diposisi lama yaitu peringat 4, terus Cynthia Navela Sari (14) di peringkat 7 (tahun lalu di Sumsel menepati peringkat 11) dan Clarissa Kurniawan (9) berada diperingkat 9. untuk kategori senior pemain Jambi berada di posisi 32, 45 dan 46 dari 58 peserta.
Apabila pertandingan dengan mengunakan sistem swis 7 babak, tentu akan berbeda dalam sistem perhitungan angka, sebab pada awal menang belum tentu bisa jadi juara, karena dari bawah bisa menyusul.
Yang sangat mengherankan adalah pada sisi pertandingan kategori senior putra perorangan dimana papan atas Ie Chong Ming tidak pernah bertemu dengan Abuku, hal ini dikeruhkan oleh Iwan Setiawan asal Babel, “Masa bagian papan atas antara Ie Chong Ming tidak pernah ketemu dengan Abuku, pada hal dalam sistem swis menang ketemu menang dan setersunya.” Ujar Iwan Setiawan menanggapi sistem yang dipakai kali ini.
Bahwa Kejurnas Xiangqi kali ini, boleh dibilang asal-asalan, pasalnya sistem yang dilakukan belum pernah dilaksanakan pada Kejurnas Xiangqi terdahulu, selain itu banyak daerah yang tidak ada atlitnya di isi dengan pemain DKI, seperti Aceh dan Kalsel semua pemain adalah orang-orang DKI, juga ada yang isi di daerah Lampung, Bali. Demikian juga dengan kategori junior putra Bali, Banten diisi dengan pemain Sumsel, dan kategori wanita Banten, DKI diisi dengan pemain Sumsel. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan pengisian pemain ke daerah yang tidak mempunyai pengprov secara langsung telah merugikan daerah lain, terutama Jambi merasa dirugikan.
Maka Ketua Pengprov Pexi Jambi, Darman Wijaya, memutuskan bahwa tahun depan di Sumut, Pengprov Pexi Jambi tidak akan kirim pemain senior. Karena tidak ada yang bisa mengalahkan pemain-pemain seperti Chen Mau Huang (Jatim) Ranking 1, Ivan Minarta/ Ie Chong Ming (Jatim) Ranking 2, Abuku (DKI) Ranking 3, Pui Jun Phin (Kalbar) Ranking 4, Setiawan (Sumut) Ranking 5, Edy Suwandi ( ? ) Ranking 6, Puji Edianto (Kalbar) Ranking 7.
Kejurnas Xiangqi merupakan agenda untuk mengevaluasi terhadap perkembangan olahraga Xiangqi di Daerah-daerah dan menyusun rangking (peta kekuatan) Pengprov (Beregu) dan Atlit (Perorangan) secara Nasional, untuk dijadikan pedoman menetapkan Regu/Atlit yang dapat mewakili Indonesia pada event-event Xiangqi, baik ditingkat Regional Asia maupun Internasional/ Dunia.
Namun sangat disayangi bahwa event tersebut masih terdapat beberapa pengprov mengadopsi pemain luar daerah demi mengejar hadiah-hadiah yang dijanjikan panitia, pada hal dalam AD/ ART salah satu program kerja PB PEXI adalah pembinaan generasi muda yang berkwalitas.
Selain itu Kejurnas Xiangqi yang telah menghabiskan anggaran dana sampai ratusan juta rupiah, namun pelaksanaannya tidak dilalukan secara profisional. (team)
Kontingen Jambi yang dipimpin oleh ketua Pengprov PEXI Jambi, Darman Wijaya menempati peringkat ke 4 dalam kategori junior putra dan putri. Diantaranya pemain junior putra Ricky Chandra Yohanes (12) menempati peringkat ke 4, disusul oleh Eric Rudy (16) di peringkat 6 (sedangkan tahun lalu di Sumsel menempati peringkat 22) dan Yoranda Arga Pratama (14) di peringkat 11.
Sedangkan junior putri Tri Nurdiyanti (16) berada diposisi lama yaitu peringat 4, terus Cynthia Navela Sari (14) di peringkat 7 (tahun lalu di Sumsel menepati peringkat 11) dan Clarissa Kurniawan (9) berada diperingkat 9. untuk kategori senior pemain Jambi berada di posisi 32, 45 dan 46 dari 58 peserta.
Apabila pertandingan dengan mengunakan sistem swis 7 babak, tentu akan berbeda dalam sistem perhitungan angka, sebab pada awal menang belum tentu bisa jadi juara, karena dari bawah bisa menyusul.
Yang sangat mengherankan adalah pada sisi pertandingan kategori senior putra perorangan dimana papan atas Ie Chong Ming tidak pernah bertemu dengan Abuku, hal ini dikeruhkan oleh Iwan Setiawan asal Babel, “Masa bagian papan atas antara Ie Chong Ming tidak pernah ketemu dengan Abuku, pada hal dalam sistem swis menang ketemu menang dan setersunya.” Ujar Iwan Setiawan menanggapi sistem yang dipakai kali ini.
Bahwa Kejurnas Xiangqi kali ini, boleh dibilang asal-asalan, pasalnya sistem yang dilakukan belum pernah dilaksanakan pada Kejurnas Xiangqi terdahulu, selain itu banyak daerah yang tidak ada atlitnya di isi dengan pemain DKI, seperti Aceh dan Kalsel semua pemain adalah orang-orang DKI, juga ada yang isi di daerah Lampung, Bali. Demikian juga dengan kategori junior putra Bali, Banten diisi dengan pemain Sumsel, dan kategori wanita Banten, DKI diisi dengan pemain Sumsel. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan pengisian pemain ke daerah yang tidak mempunyai pengprov secara langsung telah merugikan daerah lain, terutama Jambi merasa dirugikan.
Maka Ketua Pengprov Pexi Jambi, Darman Wijaya, memutuskan bahwa tahun depan di Sumut, Pengprov Pexi Jambi tidak akan kirim pemain senior. Karena tidak ada yang bisa mengalahkan pemain-pemain seperti Chen Mau Huang (Jatim) Ranking 1, Ivan Minarta/ Ie Chong Ming (Jatim) Ranking 2, Abuku (DKI) Ranking 3, Pui Jun Phin (Kalbar) Ranking 4, Setiawan (Sumut) Ranking 5, Edy Suwandi ( ? ) Ranking 6, Puji Edianto (Kalbar) Ranking 7.
Kejurnas Xiangqi merupakan agenda untuk mengevaluasi terhadap perkembangan olahraga Xiangqi di Daerah-daerah dan menyusun rangking (peta kekuatan) Pengprov (Beregu) dan Atlit (Perorangan) secara Nasional, untuk dijadikan pedoman menetapkan Regu/Atlit yang dapat mewakili Indonesia pada event-event Xiangqi, baik ditingkat Regional Asia maupun Internasional/ Dunia.
Namun sangat disayangi bahwa event tersebut masih terdapat beberapa pengprov mengadopsi pemain luar daerah demi mengejar hadiah-hadiah yang dijanjikan panitia, pada hal dalam AD/ ART salah satu program kerja PB PEXI adalah pembinaan generasi muda yang berkwalitas.
Selain itu Kejurnas Xiangqi yang telah menghabiskan anggaran dana sampai ratusan juta rupiah, namun pelaksanaannya tidak dilalukan secara profisional. (team)