Ilustrasi Chang E melambung ke langit |
Orang Tionghoa pasti mengenal Chang E, si putri bulan yang terkenal akan kemolekannya.
Karena itu, sejak dahulu kala setiap perayaan Zhong Qiu (di Indonesia lebih dikenal Tiongjiu atau perayaan kue bulan), para gadis selalu berdoa kepada sang rembulan selalu berharap dirinya bisa “rupawan bagaikan Chang E, berwajah bagai rembulan”.
Namun, apakah Chang E benar-benar ada? Ataukah hanya tokoh rekaan di dalam dongeng saja?
Chang E Dalam Dongeng
Konon pada jaman kuno, diatas langit terdapat 10 buah matahari, mereka setiap hari bergantian keluar menerangi seluruh jagat, tetapi pada suatu hari, tiba-tiba 10 buah matahari tersebut muncul secara bersamaan.
Seorang jagoan pemanah bernama Hou Yi, menaiki puncak gunung Kun Lun, merentangkan panah saktinya, dengan satu tarikan nafas mampu membinasakan 9 matahari lainnya, ia kemudian menjadi pahlawan pujaan bagi rakyat.
Hou Yi kemudian menikahi istri yang cantik nan baik hati, bernama Chang E. Pada suatu hari, ketika Hou Yi ke gunung Kun Lun, secara kebetulan ketemu dengan Wang Mu Niang Niang (Ibunda raja surga) yang memberinya sebungkus obat panjang usia.
Asalkan meminum obat tersebut, bisa melambung ke langit dan menjadi dewa. Namun, Hou Yi tidak tega meninggalkan sang istri, tidak segera meminumnya, melainkan memberikannya kepada Chang E untuk disimpan.
Kemudian hal tersebut diketahui oleh murid Hou Yi yang bernama Feng Meng. Feng Meng melihat Chang E menyimpan obat tersebut ke dalam kotak wasiat di meja rias, lantas timbul niat buruk, ia ingin meminum obat itu agar dirinya sendiri yang menjadi dewa.
Setelah 3 hari, Hou Yi memimpin para anak buah pergi berburu, Feng Meng pura-pura sakit dan tidak ikut.
Menunggu Hou Yi dan rombongannya beranjak jauh, Feng Meng menerobos ke dalam kediaman dan mengancam Chang E untuk menyerahkan obat panjang umur. Dalam situasi panik, Chang E terpaksa menelan obat panjang umur tersebut.
Sesudah Chang E menelan obat itu, badannya segera terasa ringan melayang mulai meninggalkan tanah, dan semakin terbang semakin tinggi, terbang menuju atas langit. Oleh karena Chang E merindukan sang suami, tidak mau terbang terlalu jauh, maka itu dia memilih bulan yang berjarak paling dekat dengan bumi dan menjadilah dewa di sana.
Ketika Hou Yi tiba dirumah, ia menemukan Chang E telah lenyap, ia sangat bersedih.
Setiap malam menerawang langit, memanggil-manggil nama istri tercinta, tiba-tiba ia terkejut melihat permukaan bulan pada malam ini begitu putih bersih cemerlang, selain itu di atas bulan sepertinya terdapat bayangan tubuh yang mirip dengan Chang E.
Hou Yi yang hatinya sedang pilu mengenang sang istri, baru tersadar bahwa ia takkan bisa memanggilnya kembali, akhirnya terpaksa menempatkan lilin harum di kebun bunga dan menyembahyangi Chang E yang nun jauh di bulan sana.
Chang E Dalam Kitab Sejarah
Membalik-balik buku kuno, menemukan pada banyak buku kuno tersebut tercatat kisah tentang Chang E.
Paling dini kemunculannya ialah pada buku Gui Zang pada jaman Negara Berperang (403-221 SM) yang tercatat adalah: “Dahulu Chang E meminum obat panjang umur dari Xi Wang Mu (Ibunda raja surga barat), lantas menuju bulan menjadi siluman bulan”.
Kemudian pada jaman dinasti Han (206 SM - 220) juga banyak buku yang membahas tentang Chang E. Misalnya Wang Chong di dalam Lun Heng menulis: “Hou Yi pandai memanah, memperoleh obat ajaib panjang umur dari Xi Wang Mu, diserobot minum oleh Chang E istrinya yang lantas tidak mati dan menuju rembulan.”
Di dalam catatan Sou Shen Ji tertulis: “Hou Yi meminta obat panjang usia dari Xi Wang Mu, Chang E merebutnya dan menuju bulan.”
Di dalam kitab Qu Yuan yang berjudul Chu Ci Tian Wen, juga dikisahkan tentang penyebab Chang E mencuri obat: “Konon pada masa pertengahan pemerintahan Yao (raja bijak pada jaman dahulu), telah muncul 10 matahari, bumi kering kerontang, Yi memanah sembilan matahari demi mengakhiri bencana bagi rakyat, berbarengan itu juga merebut hati wanita cantik Chang E.
Akan tetapi Hou Yi setelah menikah dengan Chang E, malah jatuh cinta kepada istri He Po bernama Mi Fei, dan memanah buta mata kiri He Po. Kala itu Hou Yi berhasil meminta obat panjang umur dari Xi Wang Mu, tapi belum sempat diminum.
Chang E tak kuasa mentolerir ketidaksetiaan sang suami, ketika Hou Yi sedang lengah, telah mencuri dan memakan obat dewa tersebut, setelah dimakan seketika itu terbang membubung, langsung menuju istana bulan.”
Sedangkan dalam kitab Ling Xian milik Zhang Heng, yang mencatat tentang akibat Chang E mencuri obat: “Chang E sebelum mencuri obat mujarab dan menuju istana bulan di dalam hatinya pernah timbul keragu-raguan apakah tindakannya betul, maka dari itu mencari ahli sihir bernama You Huang untuk meramalkan nasibnya. Hasilnya adalah baik, maka barulah Chang E memutuskan berbuat demikian. Akhirnya setibanya di bulan tak dinyana telah berubah menjadi kodok buduk."
Apakah Chang E sebenarnya pernah eksis? Teka-teki ini sepertinya tak bisa terjawab. Namun seperti Santa Claus dari negara barat, ada ataukah tidak orang tersebut sudah tak penting lagi, yang utama ialah melalui do-ngeng ini, masyarakat menemukan dasar untuk perayaan hari besar tersebut, juga melalui cerita yang telah mengalir sepanjang masa ini dapat dikaitkan dengan cerita yang ada hubungannya dengan rembulan, untuk memuaskan rasa sentimentil manusia terhadap rembulan. (Shu Ping/The Epoch Times/whs)
Karena itu, sejak dahulu kala setiap perayaan Zhong Qiu (di Indonesia lebih dikenal Tiongjiu atau perayaan kue bulan), para gadis selalu berdoa kepada sang rembulan selalu berharap dirinya bisa “rupawan bagaikan Chang E, berwajah bagai rembulan”.
Namun, apakah Chang E benar-benar ada? Ataukah hanya tokoh rekaan di dalam dongeng saja?
Chang E Dalam Dongeng
Konon pada jaman kuno, diatas langit terdapat 10 buah matahari, mereka setiap hari bergantian keluar menerangi seluruh jagat, tetapi pada suatu hari, tiba-tiba 10 buah matahari tersebut muncul secara bersamaan.
Seorang jagoan pemanah bernama Hou Yi, menaiki puncak gunung Kun Lun, merentangkan panah saktinya, dengan satu tarikan nafas mampu membinasakan 9 matahari lainnya, ia kemudian menjadi pahlawan pujaan bagi rakyat.
Hou Yi kemudian menikahi istri yang cantik nan baik hati, bernama Chang E. Pada suatu hari, ketika Hou Yi ke gunung Kun Lun, secara kebetulan ketemu dengan Wang Mu Niang Niang (Ibunda raja surga) yang memberinya sebungkus obat panjang usia.
Asalkan meminum obat tersebut, bisa melambung ke langit dan menjadi dewa. Namun, Hou Yi tidak tega meninggalkan sang istri, tidak segera meminumnya, melainkan memberikannya kepada Chang E untuk disimpan.
Kemudian hal tersebut diketahui oleh murid Hou Yi yang bernama Feng Meng. Feng Meng melihat Chang E menyimpan obat tersebut ke dalam kotak wasiat di meja rias, lantas timbul niat buruk, ia ingin meminum obat itu agar dirinya sendiri yang menjadi dewa.
Setelah 3 hari, Hou Yi memimpin para anak buah pergi berburu, Feng Meng pura-pura sakit dan tidak ikut.
Menunggu Hou Yi dan rombongannya beranjak jauh, Feng Meng menerobos ke dalam kediaman dan mengancam Chang E untuk menyerahkan obat panjang umur. Dalam situasi panik, Chang E terpaksa menelan obat panjang umur tersebut.
Sesudah Chang E menelan obat itu, badannya segera terasa ringan melayang mulai meninggalkan tanah, dan semakin terbang semakin tinggi, terbang menuju atas langit. Oleh karena Chang E merindukan sang suami, tidak mau terbang terlalu jauh, maka itu dia memilih bulan yang berjarak paling dekat dengan bumi dan menjadilah dewa di sana.
Ketika Hou Yi tiba dirumah, ia menemukan Chang E telah lenyap, ia sangat bersedih.
Setiap malam menerawang langit, memanggil-manggil nama istri tercinta, tiba-tiba ia terkejut melihat permukaan bulan pada malam ini begitu putih bersih cemerlang, selain itu di atas bulan sepertinya terdapat bayangan tubuh yang mirip dengan Chang E.
Hou Yi yang hatinya sedang pilu mengenang sang istri, baru tersadar bahwa ia takkan bisa memanggilnya kembali, akhirnya terpaksa menempatkan lilin harum di kebun bunga dan menyembahyangi Chang E yang nun jauh di bulan sana.
Chang E Dalam Kitab Sejarah
Membalik-balik buku kuno, menemukan pada banyak buku kuno tersebut tercatat kisah tentang Chang E.
Paling dini kemunculannya ialah pada buku Gui Zang pada jaman Negara Berperang (403-221 SM) yang tercatat adalah: “Dahulu Chang E meminum obat panjang umur dari Xi Wang Mu (Ibunda raja surga barat), lantas menuju bulan menjadi siluman bulan”.
Kemudian pada jaman dinasti Han (206 SM - 220) juga banyak buku yang membahas tentang Chang E. Misalnya Wang Chong di dalam Lun Heng menulis: “Hou Yi pandai memanah, memperoleh obat ajaib panjang umur dari Xi Wang Mu, diserobot minum oleh Chang E istrinya yang lantas tidak mati dan menuju rembulan.”
Di dalam catatan Sou Shen Ji tertulis: “Hou Yi meminta obat panjang usia dari Xi Wang Mu, Chang E merebutnya dan menuju bulan.”
Di dalam kitab Qu Yuan yang berjudul Chu Ci Tian Wen, juga dikisahkan tentang penyebab Chang E mencuri obat: “Konon pada masa pertengahan pemerintahan Yao (raja bijak pada jaman dahulu), telah muncul 10 matahari, bumi kering kerontang, Yi memanah sembilan matahari demi mengakhiri bencana bagi rakyat, berbarengan itu juga merebut hati wanita cantik Chang E.
Akan tetapi Hou Yi setelah menikah dengan Chang E, malah jatuh cinta kepada istri He Po bernama Mi Fei, dan memanah buta mata kiri He Po. Kala itu Hou Yi berhasil meminta obat panjang umur dari Xi Wang Mu, tapi belum sempat diminum.
Chang E tak kuasa mentolerir ketidaksetiaan sang suami, ketika Hou Yi sedang lengah, telah mencuri dan memakan obat dewa tersebut, setelah dimakan seketika itu terbang membubung, langsung menuju istana bulan.”
Sedangkan dalam kitab Ling Xian milik Zhang Heng, yang mencatat tentang akibat Chang E mencuri obat: “Chang E sebelum mencuri obat mujarab dan menuju istana bulan di dalam hatinya pernah timbul keragu-raguan apakah tindakannya betul, maka dari itu mencari ahli sihir bernama You Huang untuk meramalkan nasibnya. Hasilnya adalah baik, maka barulah Chang E memutuskan berbuat demikian. Akhirnya setibanya di bulan tak dinyana telah berubah menjadi kodok buduk."
Apakah Chang E sebenarnya pernah eksis? Teka-teki ini sepertinya tak bisa terjawab. Namun seperti Santa Claus dari negara barat, ada ataukah tidak orang tersebut sudah tak penting lagi, yang utama ialah melalui do-ngeng ini, masyarakat menemukan dasar untuk perayaan hari besar tersebut, juga melalui cerita yang telah mengalir sepanjang masa ini dapat dikaitkan dengan cerita yang ada hubungannya dengan rembulan, untuk memuaskan rasa sentimentil manusia terhadap rembulan. (Shu Ping/The Epoch Times/whs)