6 Mar 2011

Candi Muaro Jambi Diupayakan Jadi Warisan Dunia

JAMBI - Warga masyarakat Pecinta Candi Muaro Jambi kini tengah berupaya memperkenalkan kompleks percandian peninggalan Hindu-Budha, terluas di Indonesia, merupakan peninggalan, merupakan penggalan Kerajaan Sriwijaya dan Melayu, dibangun pada abad 11masehi. Tujuannya, agar candi ini terbcatat sebagai warisan dunia.
"Kita kini berupaya untuk memperkenalkan candi tertua dan terluas di dunia ini, sehingga akhirnya dapat tercatat sebagai warisan dunia", kata Marzuki Usman, Ketua The Society of Muaro Jambi Temple (The SOMT), kepada Tempo, Minggu (6/3).

Menurut Marzuki Usman, mantan Menteri Pariwisata RI di era Presiden Abdurachman Wahid ini, lebih lanjut mengemukakan, bila candi ini dikenal di dunia tidak hanya akan menguntungkan masyarakat Jambi, tapi juga bangsa Indonesia.

"Jambi sudah dipastikan akan memperoleh dampak positif bila banyak para turis yang mengunjungi kompleks percandian ini, tapi lebih dari itu Indonesia akan lebih dikenal lagi akan peninggalan peradaban sejarah perkembangan manusia di dunia yang menarik, unik dan nilai kultural", ujarnya.

The SOMT
sendiri sangat bersukur dengan adanya perhatian pemerintah, terutama pemerintah Provinsi Jambi dalam upayanya memperhatikan dan ikut mengembangkan sektor kepariwisataan, khususnya Candi Muaro Jambi yang jaraknya hanya sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Jambi.

Kompleks percandian Muaro Jambi pertama kali dilaporkan pada tahun 1823 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer.

Baru tahun 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan pemugaran yang serius yang dipimpin R. Soekmono. Berdasarkan aksara Jawa Kuno (rujukan) pada beberapa lempeng yang ditemukan, pakar epigrafi Boechari menyimpulkan peninggalan itu berkisar dari abad ke-9-12 Masehi.

Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah dipugar, semuanya bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.

Dari sekian banyaknya penemuan yang ada, Junus Satrio Atmodjo menyimpulkan daerah itu dulu banyak dihuni dan menjadi tempat bertemu berbagai budaya. Ada manik-manik yang berasal dari Persia, Republik Rakyat Cina, dan India. Agama Buddha Mahayana Tantrayana diduga menjadi agama mayoritas dengan diketemukannya lempeng-lempeng bertuliskan "wajra" pada beberapa candi yang membentuk mandala.

Kepala Dinas Kebudayaan dan pariwisata Provinsi Jambi Didy Wujanto, mengemukakan,pihaknya tengah berusaha memperkenalkan kawasan percandian ini kepada masyarakat dunia, terutama pihak UNESCO, agar nantinya bisa tercatat sebagai warisan dunia.

"Kita juga sejak beberapa tahun belakngan ini hingga kini terus mengucurkan dana untuk melakukan penataan dan membangun fasilitas umum, seperti jalan menuju kawasan candi, pemberdayaan masyarakat sekitar candi dan biaya promosi.

Upaya lain mewujudkan Sister Site antara Situs Candi Muaro Jambi dengan Situs di Nalanda India, beberapa waktu lalu staf peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Bambang Budi Utomo melakukan kunjungannya ke Nalanda 5-15 Februari lalu, kini giliran perwakilan Nalanda yang datang ke Indonesia dan langsung mengunjungi kompleks percandian Muaro Jambi.

Jumat (4/3), DR Benoy K Behl, merupakan perwakilan dari India mengunjungi dan melihat langsung candi tersebut, tujuannya tidak hanya upaya membina hubungan baik antara kedua situs (Candi Nelanda-India dan Candi Muaro Jambi-Indonesia), juga dekaligus melakukan survey pembuatan film dokumenter, menurut rencana dikerjakan Juli mendatang.

DR Benoy K Behl, menyatakan, ketertarikannya atas candi ini, dan dia sangat antusias untuk bisa secepatnya membuat film dokumenter tentang Candi Muaro Jambi, sehingga akhirnya nanti dapat dikenal di seluruh dunia.

"Candi ini benar-benar sangat menarik dan pantas bila tercatat sebagai warisan dunia", katanya. (SYAIPUL BAKHORI)

http://tempointeraktif.com/hg/nusa_lainnya/2011/03/06/brk,20110306-317911,id.html