Saya orang pertama yang membentuk Pexi di Provinsi Jambi, kala itu saya sempat membaca Buletin PSMTI yang mana tahun 2001 ada Kejurnas Xiangqi di Jakarta dimana terdapat pemain asal daerah Jambi, maka iseng-iseng saya bertanya kepada beberapa teman yang hoby bermain Xiangqi, mereka sama sekali tidak mengenal siapa yang mewakili nama Jambi dalam Kejurnas tersebut, sejak itu saya mengajak rekan-rekan untuk membentuk PEXI di Jambi, ternyata mendapatkan respon positif dari mantan Ketua Umum PB PEXI yang waktu itu dijabat oleh Brigjen Tedy Yusuf dan PEXI Jambi diresmikan Ketua Harian PB PEXI, Bunyanto Eka Chendana bertepatan dengan Kejurda Xiangqi pertama di Jambi. Semenjak itu saya aktif di Pexi Jambi hingga kini.
Xiangqi atau Catur Gajah kini mulai digemari generasi muda baik dari kalangan warga Tionghoa maupun non Tionghoa. Permainan tersebut kini berkembang menjadi sebuah cabang olahraga yang dipertandingan setiap tahun diberbagai daerah, keberadaa Xiangqi (catur gajah) tersebut berkat jasa para musafir/ saudagar-saudagar kaya yang bernama Khalifah Harun Al’rasyid.
Jika kita mau konsekwen bahwa keberadaan Xiangqi (catur gajah) di Tanah Air Indonesia tidaklah sepopuler olahraga yang ada di Indonesia, pasalnya, hanya sebagian kecil dari Pengda Pexi yang mau mengembangkan kepada generasi muda.
Pada tahun 2009, Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Xiangqi sempat batal dilaksanakan, baru digelar ditahun 2010 ini, Pertandingan akbar Kejuaraan Nasional Xiangqi akan digelar di Hotel Omni Batavia, Jalan Kali Besar Barat No 44-46 Jakarta, Kejurda Xiangqi merupakan agenda tahun dari Persatuan Xiangqi Indonesia (PEXI).
Apakah Xiangqi (catur gajah) bisa bertahan lama di Tanah Air Indonesia, sangatlah diragukan, karena jika dilihat dari kondisi olahraga tersebut saat ini, tidak banyak Pengda yang lakukan pembinaan terhadap generasi muda, dikarenakan berbagai alasan klasik, yaitu tidak ada waktu, mau cari makan dan lain sebagai, ya segudang alasan.
Tetapi jika dalam agenda Kejurnas Xiangqi (catur gajah) nanti, bakal banyak yang hadir, pasalnya hadiah-hadiah yang dijanjikan cukup mengiurkan para pemain Xiangqi, bahkan beberapa daerah tahan mengajak pemain kawakan untuk mewakili daerahnya, yang lebih sedih lagi ada beberapa daerah yang belum memiliki Pengda Pexi, namun dalam Kejurnas kali ini nama daerahnya muncul dengan diisi pemain asal Jakarta (pemain yang berdomisili di Jakarta)
Jika dilihat dari tahun ke tahun rasanya PEXI tidak mengalami kemajuan, boleh dibilang PEXI mundur selangkah kebelakang, bisa-bisa tahun depan ada Pengda yang non aktifkan PEXInya, terutama dari Jambi. Karena beberapa faktor, diantaranya fungsi dan tujuan dari PEXI semakin kabur/ tidak jelas, sebagai contoh, bagi pemain yang mendapatkan gelar master adalah atlit nasional, namun kenyataan mereka sama sekali tidak pernah diberikan kesempatan untuk tampil ditingkat Asian apa lagi ditingkat Dunia.
Maka bagi daerah untuk apa susah-susah ikut Kejurnas jika yang juara orang-orang itu juga dan yang bakal mewakili Indonesia diajang Internasional juga orang-orang itu juga.
Sedangkan yang bakal keluar sebagai juara Xiangqi kali ini sudah bisa dibaca, yaitu orang-orang lama, karena PB PEXI sudah semestinya mengunakan pembagian divisi dan peraturan atlit/ pemain mesti memiliki KTP dimana dia berdomisili. Hingga daerah yang tidak memiliki dana yang kuat, tidak mampu memenuhi permintaan sang atlit/ pemain. Jika ini dibiarkan terus menerus, cepat lambat Pexi didaerah otomatis akan tutup, karena sekali ikut Kejurnas, bila satu Pengda mengirimkan atlit yang terdiri dari atlit Senior 3 orang, Junior Putra 3 orang dan Junior Putri 3 orang, masuk 1 official, dana yang dibutuhkan lebih kurang 17 juta rupiah.
Bahkan salah satu tokoh masyarakat dan juga pengusaha papan atas yang kami datangi saat mengalang dana, beliau menyatakan buat apa buang-buang uang yang hasilnya tidak jelas, mendingan kamu sumbangkan saja uang itu ke Panti Asuhan yang sangat membutuhkan, nanti kamu-kamu akan mendapatkan pahala dari Yang Maha Esa.
Maka saya pribadi menyarankan jika PEXI ingin maju, Ada beberapa poin yang semestinya dipikirkan PB PEXI dalam memajukan Xiangqi (catur gajah) di Indonesia, diantaranya, membuat sistem divisi A dan B. Divisi A terdiri dari atlit/ pemain yang menyandang IMX, MNX sedangkan divisi B terdiri dari atlit/ pemain non master, demikian juga dengan tingkat junior putra dan junior putri. Dengan adanya pembagian divisi maka bisa merupakan cerminan bagi Pengda Pexi mana yang telah berhasil membina atlet muda yang nota bene sebagai generasi penerus (kader) yang akan mengharumkan nama bangsa dan negara di dunia International. Serta akan memotivasi pengda dan atlet lebih semangat untuk melakukan pembinaan.
Mudah-mudahan goresan openi ini ada manfaat buat teman-teman yang benar-benar mencintai kesenian Xiangqi di tanah Air. Mohon maaf apa bila ada kalimat yang tidak berkenan dihati rekan-rekan, karena demi untuk kemajuan Xiangqi dikalangan generasi mendatang. (M. Romy-Jambi)
Xiangqi atau Catur Gajah kini mulai digemari generasi muda baik dari kalangan warga Tionghoa maupun non Tionghoa. Permainan tersebut kini berkembang menjadi sebuah cabang olahraga yang dipertandingan setiap tahun diberbagai daerah, keberadaa Xiangqi (catur gajah) tersebut berkat jasa para musafir/ saudagar-saudagar kaya yang bernama Khalifah Harun Al’rasyid.
Jika kita mau konsekwen bahwa keberadaan Xiangqi (catur gajah) di Tanah Air Indonesia tidaklah sepopuler olahraga yang ada di Indonesia, pasalnya, hanya sebagian kecil dari Pengda Pexi yang mau mengembangkan kepada generasi muda.
Pada tahun 2009, Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Xiangqi sempat batal dilaksanakan, baru digelar ditahun 2010 ini, Pertandingan akbar Kejuaraan Nasional Xiangqi akan digelar di Hotel Omni Batavia, Jalan Kali Besar Barat No 44-46 Jakarta, Kejurda Xiangqi merupakan agenda tahun dari Persatuan Xiangqi Indonesia (PEXI).
Apakah Xiangqi (catur gajah) bisa bertahan lama di Tanah Air Indonesia, sangatlah diragukan, karena jika dilihat dari kondisi olahraga tersebut saat ini, tidak banyak Pengda yang lakukan pembinaan terhadap generasi muda, dikarenakan berbagai alasan klasik, yaitu tidak ada waktu, mau cari makan dan lain sebagai, ya segudang alasan.
Tetapi jika dalam agenda Kejurnas Xiangqi (catur gajah) nanti, bakal banyak yang hadir, pasalnya hadiah-hadiah yang dijanjikan cukup mengiurkan para pemain Xiangqi, bahkan beberapa daerah tahan mengajak pemain kawakan untuk mewakili daerahnya, yang lebih sedih lagi ada beberapa daerah yang belum memiliki Pengda Pexi, namun dalam Kejurnas kali ini nama daerahnya muncul dengan diisi pemain asal Jakarta (pemain yang berdomisili di Jakarta)
Jika dilihat dari tahun ke tahun rasanya PEXI tidak mengalami kemajuan, boleh dibilang PEXI mundur selangkah kebelakang, bisa-bisa tahun depan ada Pengda yang non aktifkan PEXInya, terutama dari Jambi. Karena beberapa faktor, diantaranya fungsi dan tujuan dari PEXI semakin kabur/ tidak jelas, sebagai contoh, bagi pemain yang mendapatkan gelar master adalah atlit nasional, namun kenyataan mereka sama sekali tidak pernah diberikan kesempatan untuk tampil ditingkat Asian apa lagi ditingkat Dunia.
Maka bagi daerah untuk apa susah-susah ikut Kejurnas jika yang juara orang-orang itu juga dan yang bakal mewakili Indonesia diajang Internasional juga orang-orang itu juga.
Sedangkan yang bakal keluar sebagai juara Xiangqi kali ini sudah bisa dibaca, yaitu orang-orang lama, karena PB PEXI sudah semestinya mengunakan pembagian divisi dan peraturan atlit/ pemain mesti memiliki KTP dimana dia berdomisili. Hingga daerah yang tidak memiliki dana yang kuat, tidak mampu memenuhi permintaan sang atlit/ pemain. Jika ini dibiarkan terus menerus, cepat lambat Pexi didaerah otomatis akan tutup, karena sekali ikut Kejurnas, bila satu Pengda mengirimkan atlit yang terdiri dari atlit Senior 3 orang, Junior Putra 3 orang dan Junior Putri 3 orang, masuk 1 official, dana yang dibutuhkan lebih kurang 17 juta rupiah.
Bahkan salah satu tokoh masyarakat dan juga pengusaha papan atas yang kami datangi saat mengalang dana, beliau menyatakan buat apa buang-buang uang yang hasilnya tidak jelas, mendingan kamu sumbangkan saja uang itu ke Panti Asuhan yang sangat membutuhkan, nanti kamu-kamu akan mendapatkan pahala dari Yang Maha Esa.
Maka saya pribadi menyarankan jika PEXI ingin maju, Ada beberapa poin yang semestinya dipikirkan PB PEXI dalam memajukan Xiangqi (catur gajah) di Indonesia, diantaranya, membuat sistem divisi A dan B. Divisi A terdiri dari atlit/ pemain yang menyandang IMX, MNX sedangkan divisi B terdiri dari atlit/ pemain non master, demikian juga dengan tingkat junior putra dan junior putri. Dengan adanya pembagian divisi maka bisa merupakan cerminan bagi Pengda Pexi mana yang telah berhasil membina atlet muda yang nota bene sebagai generasi penerus (kader) yang akan mengharumkan nama bangsa dan negara di dunia International. Serta akan memotivasi pengda dan atlet lebih semangat untuk melakukan pembinaan.
Mudah-mudahan goresan openi ini ada manfaat buat teman-teman yang benar-benar mencintai kesenian Xiangqi di tanah Air. Mohon maaf apa bila ada kalimat yang tidak berkenan dihati rekan-rekan, karena demi untuk kemajuan Xiangqi dikalangan generasi mendatang. (M. Romy-Jambi)