Pencalonan resmi Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai calon gubernur/wakil gubernur DKI Jakarta oleh PDI Perjuangan dan Partai Gerindra menjadi simbol perobohan pakem lama yang berlaku di politik DKI Jakarta
Pasangan Joko Widodo-Ahok memiliki takdir politik yang unik. Namanya baru memiliki kepastian sebagai pasangan kandidat cagub-cawagub DKI Jakarta pada pukul 14.00, Senin (19/3). Pasangan ini baru menyodok di detik-detik terakhir. Itu pun kali pertama dicalonkan oleh Partai Gerindra. Kedua pasangan ini sama-sama dari kalangan sipil. Jelas, ini merobohkan pakem yang selama ini berlaku.
Joko Widodo dan Ahok memiliki kesamaan. Keduanya berasal dari latar belakang kepala daerah sebagai bupati/walikota. Joko Widodo merupakan Wali Kota Solo. Hingga kini, dia juga masih menjabat. Sedangkan Ahok, sebelum menjadi anggota DPR RI, tercatat sebagai Bupati Belitung Timur periode 2005-2010.
Dua figur dari daerah ini memiliki reputasi baik di era kepemimpinan di daerahnya masing-masing. Seperti Jokowi, dikenal cukup piawai menata kota Solo terutama menyangkut penataan kota seperti persoalan Pedagang Kaki Lima (PKL), tanpa adanya kekerasan antara aparat Satpol PP dengan para pedagang di Taman Banjarsari yang nyaris tidak ada gejolak.
Dia juga memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik hingga melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka yang disiarkan oleh televisi lokal dengan masyarakat
Peran Jokowi di Solo juga mampu membetot kalangan luas. Seperti tagline "Solo: The Spirit of Java" menjadi salah satu hasil besutan Jokowi, sehingga menjadikan Solo sebagai kota yang diperhitungkan.
Sedangkan Ahok yang menjadi Bupati Belitung Timur (2005-2010) ini dikenal sebagai sisik bersih. Pada 2007, bupati pertama dari keturunan Tionghoa ini mendapat penghargaan sebagai Tokoh Anti Korupsi dan Gerakan Tiga Pilar Kemitraan.
Politisi yang kini menyebrang ke Partai Gerindra ini juga membuat kebijakan fenomenal dengan menggratiskan biaya pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi kepada seluruh warga Belitung Timur.
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto mengatakan pasangan Jokowi-Ahok merupakan kandidat terbaik dan tepat untuk memimpin Jakarta. DKI Jakarta, kata Prabowo, membutuhkan pemimpin yang bersih dan berintegritas. "Pasangan Jokowi-Ahok sangat tepat memimpin Ibu Kota. Dalam hal ini kita sama-sama pilih yang terbaik," kata Prabowo di kantor KPU DKI Jakarta saat pendaftaran pasangan Jokowi-Ahok.
Kemunculan Jokowi-Ahok juga memiliki pesan penting, bila partai politik tak identik dengan praktik politik kartel. Praktik jual beli partai terutama jelang pemilukada, terbantahkan dengan majunya dua kandidat yang berasal dari daerah ini.
Fenomena saweran para kader PDI Perjuangan hingga mencapai Rp2 miliar dalam forum Rapat Kerja Daerah Khusus PDIP DKI Jakarta, Minggu (18/3), seolah memberi pesan kebangkitan politik kerakyatan yang lama raib dalam politik praktis selama era reformasi ini. Akankah Jokowi-Ahok memenagi pertarungan keras perebutan DKI 1? Kita lihat saja.
Previous.